TEMPO.CO, Jakarta - Bisnis pendukung penerbangan turut terpukul akibat pandemi. Kegiatan penerbangan yang menurun drastis menggerus pendapatan perusahaan. Diversifikasi usaha menjadi salah satu strategi untuk bertahan.
Direktur Utama PT Aerofood Indonesia, Sis Handaya Azis, menuturkan produksi perusahaan anjlok hingga 97,41 persen selama pandemi. "Dibukanya pembatasan terbatas pada periode adaptasi new normal juga belum dirasakan dampaknya kepada jasa in-flight catering," ujar dia kepada Tempo, Senin 13 Juli 2020.
Pasalnya, pemerintah masih membatasi perjalanan dinas aparatur sipil negara serta banyak tujuan wisata yang masih belum beroperasi.
Pemesanan katering juga belum meningkat lantaran penerbangan domestik yang beroperasi didominasi penerbangan berbiaya murah yang tidak menyediakan makanan saat terbang. "Sementara penerbangan maskapai asing masih memanfaatkan double caterer dari negara asal atas pertimbangan protokol kesehatan dan keamanan," kata Sis.
Akibat penurunan permintaan, perusahaan melakukan efisiensi dengan memotong penghasilan karyawan secara berjenjang dari 10 persen hingga 50 persen. Sis menuturkan perusahaan juga tidak memperpanjang jangka waktu kerja sebagian karyawan kontrak. Efisiensi lainnya dilakukan dengan memberlakukan jeda kontrak bagi pegawai dengan perjanjian kerja. Mereka akan dipanggil kembali jika kondisi perusahaan pulih.
Selagi menunggu kondisi normal, Aerofood berfokus pada bisnis lainnya yaitu katering untuk industri. "Lini bisnis ini masih berjalan berdasarkan kontrak dengan pelanggan dan relatif bertumbuh sehingga merupakan sumber pendapatan perusahaan di masa pandemi," ujarnya. Meskipun begitu proporsinya tak sebesar katering untuk maskapai.