TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN Darmawan Prasodjo bercerita soal lonjakan konsumsi listrik hingga 10,08 persen di satu provinsi di Pulau Sumatera. Padahal dalam lima tahun terakhir, rata-rata pertumbuhan konsumsi listrik di Pulau Sumatera hanya 5,7 persen.
"Daerah itu adalah Lampung," kata Darmo, panggilan Darmawan, dalam diskusi virtual Sekolah Politik Indonesia (SPI) pada Jumat, 3 Juli 2020.
Setelah didalami, ternyata kenaikan konsumsi listrik ini terjadi di sekitar jalan tol yang sudah dibangun pemerintah. Mulai dari Pelabuhan Bakauheni sampai Terbanggi Besar.
Sehingga, kata Darmo, kenaikan konsumsi listrik in pun mengindikasikan adanya pertumbuhan ekonomi di kiri kanan jalan tol tersebut.
Satu ketika, Darmo juga bercerita pernah berkunjung ke salah satu ruas tol di sana sebelum dilakukan peresmian oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Darmo lantas bertanya pada bupati setempat. "Pak Bupati, ini exitnya tolya nanti untuk apa?" kata Darmo kepada si Bupati.
Bupati tersebut, kata Darmo, balik bertanya, "Loh, exit tolnya kenapa di sini?" Jawaban sang bupati inilah yang kemudian membuat Darmo merasa kaget.
Setelah ditelusuri, Jalan Tol Trans Sumatera ini memang berbeda dengan Tol Trans Jawa. Di Sumatera, tol dibangun di lahan tidur. Jaraknya pun mencapai 40 hingga 70 kilometer dari Jalan Lintas Sumatera yang sudah ada bertahun-tahun.
Sementara di Pulau Jawa pun, jarak jalan tol dengan Jalur Pantai Utara Jawa (Pantura) hanya 2 sampai 3 kilometer saja. Sehingga, Tol Trans Sumatera ini sebenarnya bertujuan untuk membuka daerah baru yang tadinya terisolir agar terbuka untuk investasi. Tol ini bukan untuk mengurai kemacetan, seperti Tol Trans Jawa.
Menurut Darmo, ini adalah salah satu kisah sukses pengembangan tol. Pembangunan belum berakhir. Sebab, Tol Trans Jawa akan diteruskan sampai ke pucuk Pulau Sumatera di Provinsi Aceh. Sehingga, target baru muncul, "Apakah akselerasi di Lampung ini bisa diekstrapolasikan sampai ke Aceh?"