TEMPO.CO, JAKARTA - Direktur Riset Center of Reform on Economics Piter Abdullah mengatakan peran Bank Indonesia dalam langkah penanggulangan krisis cukup besar. Kapabilitas bank sentral dalam mengatur instrumen moneter dari aturan suku bunga, hingga penerbitan uang bisa membantu pemerintah dalam menjaga kesehatan ekonomi secara makro dan pembiayaan.
“BI-pemerintah akhirnya sepakat untuk berbagi beban, artinya memberi sinyal tentang semangat mengatasi krisis yang besar,” kata Piter, Selasa 30 Juni 2020.
Menurutnya, konsep berbagai beban ialah BI menjamin ongkos bunga dari penerbitan surat utang negara yang bakal diserap BI baik di pasar perdana dan sekunder. Hal ini dinilai bisa meringankan beban jangka panjang pemerintah.
Pemerintah pun, katanya, mau tidak mau menerbitkan banyak surat utang negara lantaran sumber penerimaan fiskal seperti perpajakan sudah tidak bisa diharapkan di kondisi ekonomi yang loyo seperti ini.
Peran besar yang diambil bank sentral dalam penanggulangan wabah corona, juga banyak dilakukan di negara-negara lain. The Federal Reserve Amerika Serikat misalnya sangat rajin mencetak uang dan membeli surat utang negaranya yang hingga Mei mencapai US$ 3,5 triliun. “Kalau ada yang bilang BI jaga kepentingan lembaga dan mempertimbangkan inflasi, perekonomian secara garis besar harusnya didahulukan,” ujar Piter.
Di Indonesia sendiri, berbagai kalangan seperti pengusaha mengusulkan agar BI mencetak banyak uang baru untuk menyediakan pembiayaan bagi pemerintah hingga Rp 600- 4.000 triliun. Desakan tersebut, kabarnya, juga datang dari pemerintah. Dalam sidang kabinet yang digelar 18 Juni lalu, pemerintah dan BI melakukan hitung-hitungan kebutuhan pembiayaan pemerintah.
Dalam hitungan revisi kedua APBN 2020 pemerintah memperkirakan bakal ada defisit anggaran hingga Rp 1.039 triliun tersebab corona. Menurut salah satu sumber Tempo yang mengetahui jalannya sidang tersebut, pemerintah meminta BI untuk mau menjadi penyerap surat utang negara berdenominasasi rupiah.
Dalam rancangan Kementerian Keuangan, bendahara umum negara bisa menerbitkan SUN rupiah hingga sepekan sekali. “Global bond sudah mentok di angka US$ 6,8 miliar, pinjaman multilateral potensinya cuma Rp 111 triliun,” kata sumber tersebut. “Ya andalannya cuma SUN rupiah.”
Belakangan, tersebar video kemarahan Presiden Joko Widodo yang dilansir resmi oleh Sekretariat Kabinet. Kepala Kantor Staf Presiden Moeldoko mengatakan presiden memang ingin masyarakat tahu kalau presiden ingin berbagai kebijakan stimulus penanggulangan corona berjalan lancar. Moeldoko mengatakan ada tiga kebijakan yang mendapat perhatian khusus presiden yakni bantuan sosial, tunjangan tenaga kesehatan, hingga program di sektor keuangan yang melibatkan BI, OJK seperti restrukturisasi kredit.
HENDARTYO HANGGI