TEMPO.CO, Jakarta - Hingga 31 Mei 2020, produksi batu bara nasional sudah mencapai 228 juta ton. Angka ini mencakup 42 persen dari total target produksi sepanjang tahun ini yang sebesar 550 juta ton.
"Untuk 7 bulan ke depan, rasa-rasanya target ini bisa kami capai," kata Direktur Pembinaan Pengusahaan Batu Bara, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sujatmiko dalam diskusi virtual di Jakarta, Selasa, 30 Juni 2020.
Dari jumlah 228 juta ton tersebut, kebutuhan dalam negeri atau Domestic Market Obligation (DMO) yang sudah terserap baru mencapai 43,75 juta ton. Angka itu setara dengan 28 persen dari target DMO sebesar 155 juta ton.
Serapan pasar domestik ini menurun dari tahun lalu yang mencapai 138 juta ton. Penyebabnya adalah konsumsi listrik yang menurun selama pandemi Covid-19. Sehingga, permintaan batu bara sebagai bahan baku listrik pun ikut menurun.
Sampai saat ini, 70 persen dari DMO 155 juta ton batu bara ini digunakan oleh PT Perusahaan Litrik Negara (Persero) atau PLN untuk menghasilkan setrum. Sisanya, 11 persen persen untuk pengolahan dan pemurnian, semen 10 persen, tekstil 4 persen, kertas 4 persen, dan pupuk 1 persen.
Kendati demikian, Sujatmiko menyebut serapan dalam negeri ini ke depan akan tetap meningkat terus. "Karena pemakaian listrik akan semakin berkembang," kata dia.
Selain itu meski konsumsi batu bara dari PLN menurun, kata Sujatmiko, kini ada ceruk pasar baru di dalam negeri. Konsumennya adalah industri pengolahan nikel PT Indonesia Weda Bay Park atau IWIP di Halmehera Tengah, Maluku Utara. "Ini Morowali kedua-lah," kata Sujatmiko.