TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengungkapkan alasan perseroan memutuskan hubungan kerja sama dengan Saudi Aramco dalam proyek pengembangan Refinery Development Master Plan (RDMP) Cilacap, Jawa Tengah.
Menurut dia, pemutusan kerja sama dikarenakan tak adanya titik temu terkait nilai valuasi proyek antara Pertamina dengan perusahaan migas asal Arab Saudi tersebut. "Bagaimana valuasi menilai dari eksisting Kilang Cilacap ini ada perbedaan harga US$ 1,1 miliar. Itu kalau dibandingkan dengan nilai buku, itu kan aset BUMN," kata Nicke saat RDP dengan Komisi VI DPR RI, Senin, 29 Juni 2020.
Dia menjelaskan, Pertamina tak mungkin melanjutkan kerja sama tersebut karena angka yang ditawarkan Saudi Aramco jauh di bawah valuasi yang ditetapkan perseroannya.
“Jadi itu tidak mungkin kita bisa lepas karena di bawah nilai buku yang angkanya sebesar itu tentu akan bahaya. Oleh karena itu kita sepakat untuk tidak sepakat," tuturnya.
Nicke menuturkan, Pertamina putus kerja sama secara baik sejak April tahun ini.Pasca putusnya hubungan kerja sama proyek pengembangan kilang, Pertamina pun tengah mencari mitra baru.
Saat ini, kata Nicke, sudah ada dua mitra yang menyatakan keseriusannya untuk bisa join dalam proyek ini. Namun ia pun belum bisa menyebutkan nama dan asal perusahaan tersebut.
"Ini sudah mulai ada dua investor yang serius. Ada beberapa lagi yang sedang approach, ya kita akan lakukan proses pemilihan lagi,” ucap dia.
Adapun, proyek pengembangan Kilang Cilacap guna meningkatkan kapasitas kilang yang semula sebesar 348 ribu barel akan meningkat menjadi 370 ribu barel per hari (bph). Dengan pengembangan tersebut, pengolahan atau produksi bensin juga akan meningkat dari 59.000 menjadi 138.000 bph diikuti dengan peningkatan produksi diesel menjadi 137.000 dari 82.000.