TEMPO.CO, Jakarta - Pergerakan indeks harga saham gabungan atau IHSG melemah pada akhir sesi I perdagangan hari ini.
Data Bloomberg menunjukkan, IHSG menyentuh level 4.863,14, turun 40,95 poin atau 0,83 persen pada akhir sesi I dari level penutupan perdagangan sebelumnya. Pada perdagangan Jumat pekan lalu, IHSG mampu berakhir di level 4.904,09 dengan kenaikan 0,15 persen atau 7,36 poin.
Indeks mulai keluar dari zona hijau dengan terkoreksi 0,15 persen atau 7,14 poin ke level 4.896,95 pada Senin pukul 9.00 WIB. Sepanjang perdagangan hingga akhir sesi I, IHSG bergerak dalam kisaran 4.862,84 – 4.909,91.
Seluruh sembilan sektor menetap di zona merah pada akhir sesi I, dipimpin aneka industri (-2,46 persen), properti (-1,98 persen), dan pertanian (-1,84 persen). Dari 693 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia, 100 saham menguat, 290 saham melemah, dan 303 saham stagnan.
Saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) dan PT Astra International Tbk. (ASII) yang masing-masing turun 2,60 persen dan 2,86 persen menjadi penekan utama IHSG pada akhir sesi I.
Indeks saham lainnya di Asia juga tampak terbenam di zona merah antara lain, indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang yang masing-masing anjlok 1,67 persen dan 2,05 persen.
Kemudian, indeks Shanghai Composite dan CSI 300 China masing-masing melemah 0,71 persen dan 0,87 persen, Hang Seng Hong Kong melorot 1,59 persen, serta indeks Kospi Korea Selatan turun tajam 1,93 persen pukul 11.47 WIB.
Selain IHSG, di Asia Tenggara, indeks FTSE Straits Times Singapura melemah 0,97 persen, indeks FTSE Malay KLCI terkoreksi 0,72 persen, dan indeks SE Thailand melorot 0,98 persen.
Sentimen penghindaran risiko semakin melanda pasar setelah kasus Covid-19 menembus 10 juta di seluruh dunia dan lonjakan kasus baru infeksi virus corona di AS terus menghantam negara-negara bagian seperti Texas, Arizona, dan Florida.
“Pemulihan akan berjalan jauh lebih lambat dan jauh lebih tidak merata daripada yang diyakini kebanyakan orang," kata Presiden dan CEO PGIM Inc. David Hunt, seperti dikutip dari Bloomberg.
Menurut Pilarmas Investindo, pergerakan IHSG masih sangat dipengaruhi sentimen global salah satunya adalah rencana negara bagian di Amerika Serikat untuk kembali menerapkan lockdown menyusul lonjakan kasus penyebaran virus Corona. Saat ini penularan tersebut semakin berkembang dengan cepat di Negeri Paman Sam.
Langkah itu dipandang menjadi salah satu faktor yang akan menggoyahkan ekspektasi dan harapan geliat perekonomian yang lebih baik setelah pembukaan perekonomian. "Di tengah situasi dan kondisi seperti ini, kami masih belum cukup yakin bahwa semester 2 bisa lebih baik dari semester 1," seperti dikutip dari riset Pilarmas Investindo
BISNIS