TEMPO.CO, Jakarta - Industri perbankan syariah berupaya tetap tumbuh dengan menyalurkan pembiayaan di tengah pandemi Covid-19.
PT Bank BCA Syariah sampai dengan Mei 2020 masih mencatatkan pertumbuhan pembiayaan sebesar 17,3 persen secara year-on-year (yoy) dengan rasio pembiayaan bermasalah atau non-performing financing (NPF) sebesar 0,72 persen (gross) dan 0,25 persen (nett).
Presiden Direktur BCA Syariah John Kosasih mengatakan, pembiayaan masih bertumbuh secara umum. Hal tersebut karena terdapat plafon pembiayaan yang sebelumnya telah disetujui tetapi belum ditarik. Pertumbuhan pembiayaan masih berada pada sektor perdagangan dan industri.
"Realisasi pembiayaan kebanyakan plafon yang sudah disetujui tetapi belum dipakai, kalau yang baru tinggal tanda tangan saja," katanya kepada Bisnis, Jumat 19 Juni 2020.
Selain plafon pembiayaan yang belum ditarik, ada juga pembiayaan baru yang disalurkan BCA Syariah. Terkait pembiayaan baru tersebut, bank tetap melakukan akad secara tatap muka meskipun kontak fisik dibatasi.
Khusus untuk pembiayaan baru, BCA Syariah menyalurkan ke sektor infrastruktur, perdagangan, dan industri terkait Kimia, farmasi, dan kertas.
Menurutnya, BCA Syariah tetap selektif dalam menyalurkan kredit di tengah pandemi sehingga mampu menjaga rasio NPF. Salah satunya dengan mengukur omzet perusahaan bersangkutan dengan tidak hanya melihat sektor terdampak atau tidak.
"Secara historis tetap terjaga dengan baik. Kami menerapkan strategi melalui proses inisiasi dan seleksi yang baik. Kami juga mempertahankan nasabah dengan sebaik-baiknya," katanya.
Secara terpisah, Direktur Bisnis Ritel & Jaringan PT Bank BNI Syariah Iwan Abdi mengatakan pihaknya menyalurkan pembiayaan senilai Rp31,4 triliun hingga Mei 2020 dengan NPF sebesar 3,7 persen. Pertumbuhan pembiayaan pada Mei 2020 adalah sebesar 1,15 persen (yoy) atau minus 3,54 persen secara year-to-date (ytd). "Kami fokus menjaga kualitas pembiayaan," katanya.
Pemimpin Divisi Kesekretariatan dan Komunikasi Perusahaan BNI Syariah Bambang Sutrisno mengatakan saat ini pembiayaan perseroan tetap tumbuh meskipun sangat kecil. Hal itu karena kondisi pandemi Covid-19 membuat Bank melakukan asesmen risiko yang lebih ketat dengan cara memilih sektor-sektor yang masih aman.