TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, Irfan Setiaputra, memastikan tidak akan ada kenaikan tiket hingga dua kali lipat di masa new normal. Menurut dia, kenaikan tiket itu hanya terjadi saat adanya kebijakan larangan mudik lebaran 2020 beberapa waktu lalu.
Saat itu, tiket dinaikkan dua kali lipat agar masyarakat tidak mudik demi mengurangi penyebaran Covid-19. "Tapi kini sudah gak dibahas lagi," kata dia dalam diskusi online di Jakarta, Selasa, 9 Juni 2020.
Sebelumnya Garuda Indonesia sudah bersiap untuk melayani penumpang di masa new normal. Jumlah penumpang atau seat capacity sebesar 70 persen dari total jumlah penumpang pesawat. Dengan pengurangan jumlah seat capacity ini, maka muncul rencana untuk penyesuaian harga tiket.
Dalam diskusi bersama Tempo pada Senin malam, 8 Juni 2020, Irfan juga mengatakan perusahaannya tidak akan serta menaikkan harga tiket lalu tidak ada penumpang yang mau naik. Menurut dia, diskusi penyesuaian harga tiket masih terus dibahas.
"Kami juga gak mau gila-gilaan," kata dia. Sebab, Irfan menyadari penumpang juga harus mengeluarkan biaya untuk rapid test hingga PCR yang diwajibkan di sejumlah daerah.
Irfan juga mengatakan Garuda Indonesia merupakan perusahaan pelat merah. Dengan begitu, perusahaan tidak hanya akan memikirkan untung dan rugi. "Saya kembalikan khittahnya, jangan dibilang untuk atau rugi," kata dia.
Sementara itu, Ketua Umum Indonesia National Air Carrier Association (INACA) Denon Prawiraatmadja mengatakan penyesuaian tiket sebenarnya cukup adil terhadap maskapai.
Sebab, maskapai juga sudah melakukan penyesuaian seat capacity. "Kami lihat perlu penyesuaian, ini untuk TBA (Tarif Batas Atas)," kata dia.
FAJAR PEBRIANTO