TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia menyatakan akan mendukung sepenuhnya pertemuan anggota OPEC atau Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi yang diinisasi Arab Saudi.
Persamuhan yang rencananya dilakukan dalam waktu dekat itu bertujuan untuk menyetabilkan harga minyak dunia yang belakangan terus menujukkan tren melemah.
Dukungan Indonesia disampaikan secara langsung oleh Duta Besar RI untuk Arab Saudi, Agus Maftuh, kepada Menteri Energi Kerajaan Arab Saudi, Pangeran Abdulaziz bin Salman bin Abdulaziz Al Saud di Riyadh, 4 April 2020.
Dukungan itu juga menjadi salah satu agenda dalam kerja sama energi antara Indonesia dan Arab Saudi.
"Indonesia pada dasarnya dapat memahami dan mendukung inisiatif Arab Saudi terkait rencana pertemuan OPEC+ mendatang," tutur Agus dalam keterangan resminya, Senin petang, 6 April 2020.
Pada kesempatan yang sama, Agus mengusulkan agar Indonesia dapat menjajaki pembelian minyak mentah dari Arab Saudi melalui mekanisme imbal dagang.
Artinya, Indonesia akan memberikan imbal berupa komoditas ekspor minyak mentah atau crude palm oil.
Mekanisme itu digadang-gadang mampu mengurangi defisit dagang Indonesia yang saat ini menganga akibat impor migas dari Arab Saudi. Sepanjang 2019, misalnya, kebutuhan impor Indonesia terhadap minyak mentah dari Arab Saudi mencapai 48 persen.
Selanjutnya, Indonesia juga berharap ada peningkatan kerja sama bilateral di bidang energi. Misalnya, merampungkan persoalan joint venture Refinery Development Master Plan (RDMP) Kilang Cilacap. Proyek yang digarap PT Pertamina (Persero) dan Saudi Aramco tersebut hingga kini belum mencapai kesepakatan.
"Atau menjajaki proyek penyulingan minyak lainnya serta implementasi rencana investasi Saudi untuk mendirikan pabrik petrokimia di Indonesia," tutur Agus.
Dalam perjumpaan itu, Pangeran Abdulaziz didampingi oleh Gubernur OPEC Saudi, Adeeb Y Al-Aama.
Pertemuan virtual aliansi OPEC+ semula dijadwalkan pada Senin, 6 April 2020. Namun, rencana itu ditunda hingga Kamis depan.
Penundaan ini terjadi karena Arab Saudi dan Rusia masih berdebat mengenai siapa yang harus disalahkan atas jatuhnya harga minyak.
Pada perdagangan awal pekan, data Bloomberg menunjukkan harga minyak West Texas Intermediate untuk kontrak Mei 2020 melemah 5,75 persen ke level US$ 26,71 per barel (per pukul 09.19 WIB). Sedangkan minyak Brent untuk kontrak Juni 2020 melemah 3,52 persen ke level US$ 32,91 per barel.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA | BISNIS