Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Limbah Tapioka di Bantul Jadi Bahan Kue Kering

image-gnews
Iklan

TEMPO Interaktif, Bantul:Limbah tapioka di Dusun Klisat, Desa Srihardono, Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) diolah menjadi tepung untuk membuat aneka kue kering seperti kue nastar dan semprit. 

"Kualitas tepung limbah tapioka ini memang lebih rendah dibanding tapiokanya, tapi pengolahannya higienis," kata Agus Hermiyanto dari Lembaga Kajian Perilaku Sehat dan Ramah Lingkungan saat dihubungi Tempo, Kamis (28/8) pagi.

Di dusun tersebut, lanjut Agus, ada beberapa warga yang menjadi pengusaha tepung taipoka. Mereka memperoleh ketela pohon sebagai bahan dasar membuat tapioka dari daerah lain di luar dusunnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Jika tepung tapiokanya dijual ke pasaran dengan harga Rp 5.000 hingga Rp 5.500 per kilogramnya, limbahnya dijual untuk pakan ternak seharga Rp 1.500 per kilogramnya, sedangkan tepung limbah dihargai Rp 3000 per kilogram.

PITO AGUSTIN RUDIANA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


15 Ribu Massa Peringati Hari Osteoporosis

7 Desember 2014

Senam pencegahan Osteoporosis. TEMPO/Budi Yanto
15 Ribu Massa Peringati Hari Osteoporosis

Hari Osteoporosis Nasional diperingati di Plaza Barat, Monumen Nasional, Jakarta pada 7 Desember 2014. Sekitar 15 ribu orang memperingati osteoporosis


Kenaikan Bea Masuk Impor Tepung Gandum Dorong Investasi

3 Februari 2009

Kenaikan Bea Masuk Impor Tepung Gandum Dorong Investasi

Tarif bea masuk atas impor tepung gandum sebesar 0 persen menyebabkan kalangan pengusaha menahan kegiatan ekspansi mereka. Alasannya, nilai barang domestik dengan barang impor jadi tidak bisa bersaing.