TEMPO.CO, Jakarta - Manajemen PT Bank Mandiri Tbk (Persero) menyatakan siap untuk buy back atau pembelian kembali saham perseroan. Namun, kata Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk Royke Tumilaar, pihaknya masih menunggu waktu yang tepat untuk melakukan aksi korporasi tersebut.
“Kalau siap (buyback), kita semua siap, karena memang diberikan kebijakan tidak perlu izin sudah bagus. Tapi persiapan kita kan apakah timingnya tepat, harganya tepat, dan memberikan manfaat nggak ke perusahaan ya kan, yang penting itu kan,” kata Royke di Mal Senayan City, Jakarta, Rabu 11 Maret 2020.
Adapun Mandiri menjadi menjadi salah satu perusahaan pelat merah yang diminta Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir untuk lakukan buy back saham guna bisa mendongkrak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terpuruk imbas dampak Virus Corona (Covid-19) dan anjloknya harga minyak dunia.
Royke mengatakan, bahwa buy back yang akan dilakukan perseroan harus bisa memberikan manfaat. Namun, jika langkah tersebut akan memberikan dampak buruk maka tidak akan dilakukan. Bank Mandiri masih memantau kondisinya pasar saat ini.
"Bukan saja (timing buyback saat) drop, tapi nanti kita lihat nanti apa namanya benefit ke perusahaan kan macam-macam, jadi treasury stock atau jadi penggunaan itu pemanfaatannya macam-macam. Apakah untuk dijadikan long term bonus atau jadi treasury stock, karena semua keputusan ada konsekuensinya. Jadi kita lihat timingnya,” ujarnya.
Royke mengaku belum menyiapkan alokasi dana yang bakal digunakan untuk melakukan aksi korporasi tersebut. Menurutnya jumlah anggaran bisa disiapkan jika waktu untuk melakukan pembelian saham sudah ditentukan.
“(Alokasi) Belum kita hitung lah. Jadi kita belum sampai ke angka, karena kita lihat timingnya belum, dalam hitungan jam kita bisa lakukan kok,” ujar Royke.
Seperti diketahui sebelumnya, Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan, otoritas mengizinkan semua emiten atau perusahaan publik melakukan pembelian kembali (buyback) saham. Hal ini sebagai upaya memberikan stimulus perekonomian dan mengurangi dampak pasar yang berfluktuasi secara signifikan.
Wimboh menjelaskan, anjloknya IHSG itu sejalan dengan perlambatan dan tekanan perekonomian baik di global, regional, maupun nasional sebagai akibat dari wabah covid-19 atau virus corona dan melemahnya harga minyak dunia.
“Untuk itu, OJK hari ini mengeluarkan kebijakan pelaksanaan pembelian kembali saham yang dikeluarkan oleh emiten atau perusahaan publik (buyback saham),” ujar Wimboh dalam keterangan tertulisnya.
Selain Bank Mandiri, beberapa BUMN yang sahamnya diminta buyback adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (Persero) atau BBRI, PT Bank Tabungan Negara Tbk (Persero) atau BBTN.
Selain itu, ada juga BUMN di sektor kontruksi yaitu PT Wijaya Karya Tbk (Persero) atau WIKA, PT Adhi Karya Tbk (Persero) atau ADHI, PT PP Tbk (Persero) atau PTPP, PT Jasa Marga Tbk (Persero) atau JSMR, dan PT Waskita Karya Tbk (Persero) atau WSKT.
Di sektor tambang, ada PT Antam Tbk (Persero) atau ANTM, PT Bukit Asam Tbk (Persero) atau PTBA, dan PT Timah Indonesia Tbk (Persero) atau TINS.
EKO WAHYUDI l M. HENDARTYO