Namun, Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa pelemahan rupiah lebih disebabkan oleh penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia pada pekan lalu. Seperti diketahui, Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 4,75 persen. Penurunan tersebut untuk mengakomodasi tekanan pelemahan pertumbuhan akibat ketidakpastian global.
“Penurunan tersebut membuat pemanis investor untuk berinvestasi pada rupiah menjadi berkurang sehingga mata uang itu pun berpotensi mengalami tekanan,” ujar Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resminya, Senin.
Pada penutupan perdagangan Senin ini, rupiah berada di posisi Rp 138.872 per dolar AS, melemah 0,807 persen atau 112 poin. Pada pertengahan perdagangan, rupiah sempat menyentuh level terendahnya dalam enam pekan terakhir di Rp 13.883 per dolar AS.
Ibrahim juga mengatakan bahwa rupiah gagal memanfaatkan momentum pelemahan harga minyak yang terjadi dalam beberapa perdagangan terakhir. Pasalnya, lanjut Ibrahim, Indonesia adalah negara net importir minyak, yang mau tidak mau harus mengimpor demi memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Saat harga minyak turun, maka biaya impor menjadi lebih murah sehingga menjadi katalis positif bagi rupiah. Dia memproyeksi, pada perdagangan Selasa 25 Februari 2020 besok, rupiah masih melanjutkan pelemahan dengan bergerak di kisaran Rp 13.750 hingga Rp 13.815 per dolar AS.
BISNIS