TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan target pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 akan terkoreksi sebesar 0,3 persen dari semula 5,3 persen menjadi 5 persen. Revisi ini merupakan imbas dari paparan virus corona yang menghantam perekonomian global.
"Cina akan mengoreksi target pertumbuhannya 2 persen. Sedangkan Indonesia bisa terkoreksi 0,3 persen. Itu konsensus dari berbagai perhitungan," tutur Airlangga di kantor Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta Pusat, Senin, 24 Februari 2020.
Menurut Airlangga, negara-negara lain yang menggantungkan perekonomiannya dari kegiatan ekspor juga akan melakukan koreksi. Bahkan, menurut dia, angka revisi tersebut bisa lebih dalam ketimbang Indonesia.
Adapun pengaruh virus corona ini ditengarai merupakan satu dari sejumlah ketidakpastian global yang akan dihadapi Indonesia selama lima tahun mendatang. Selain virus corona, kondisi perekonomian bakal terimbas kondisi perdagangan dunia yang belum pasti.
Ketua Umum Partai Golkar itu menjelaskan, pemerintah akan mengambil keputusan kebijakan untuk mengantisipasi meluasnya dampak virus corona pada akhir Februari mendatang. Sebelum kuartal I berakhir, pemerintah akan segera memberikan stimulus kepada beberapa industri, khususnya di sektor pariwisata, yang kehilangan potensi devisa.
Saat ini, pemerintah mencatat daerah yang paling terimbas kerugian akibat menurunnya wisatawan asing alias wisman adalah Sulawesi Utara, Kepulauan Riau, dan Bali. Airlangga menyatatakan pemerintah akan memberikan insentif pada Maret nanti.
Di sisi lain, bank sentral, yakni Bank Indonesia, telah menurunkan suku bunganya sebesar 25 basis poin pada pekan lalu. "Dengan penurunan suku bunga BI, perbankan bisa mentransmisikan penurunannya lebih rendah sehingga indusri yag terdampak bisa lebih leluasa mengambil kebijakan," ucapnya.
Adapun untuk BPPT, Airlangga berharap badan tersebut akan berkontribusi melakukan transformasi. Transformasi ini diharapkan dapat menggenjot sektor produksi yang kuat untuk diekspor. Salah satunya industri berbasis farmasi.
Lebih jauh, Airlangga mengatakan, dalam menghadapi kepastian global ini, pemerintah mesti berupaya untuk mempertahankan daya beli masyarakat yang saat ini berkontribusi terhadap produk domestik bruto atau PDB sebesar 5,6 persen. Pemerintah juga harus menggenjot penanaman modal, baik di level pengusaha kecil maupun pemodal dengan skala besar.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA