Tempo.Co, Jakarta - Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa Laksono Widodo mengatakan Bursa Efek Indonesia mengidentifikasi ada 41 saham gorengan selama 2019. Menurut dia, secara kumulatif nilainya tidak besar dibandingkan keseluruhan rata-rata nilai transaksi harian atau RNTH.
"Ini mungkin perlu dicatat juga walaupun saham-saham ini yang kami identifikasi tidak sesuai antara performa harga saham dengan fundamentalnya alias saham gorengan, kontribusi mereka terhadap volume memang besar, tapi secara trade value itu kecil cuma 8,3 persen kumulatif di 2019, tidak banyak," kata Laksono di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat, 10 Januari 2020.
Dia mengatakan rata-rata nilai transaksi harian selama 2019 sebesar Rp 9,1 triliun. Jika dibagi 8,3 persen dari nilai RNTH, value saham gorengan tersebut senilai sekitar Rp 755,3 miliar.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi berharap pada tahun ini semua pemangku kepentingan bisa membersihkan pasar modal dari praktik jual beli saham yang tidak benar.
"Tahun 2020 saya harapkan dapat menjadi momentum bagi OJK (Otoritas Jasa Keuangan) dan BEI (Bursa Efek Indonesia) untuk mencanangkan tahun pembersihan pasar modal dari para manipulator yang sering memanipulasi," ujar Jokowi.
Ia mengatakan para manipulator kerap memoles harga saham tidak sesuai dengan sebenarnya. Misalnya saham berharga Rp 100 per saham dipoles menjadi Rp 1.000 per saham, hingga Rp 4.000 per saham. "Hati-hati, ini harus dibersihkan dan dihentikan," kata Jokowi.
Jokowi mengatakan upaya pembersihan pasar modal ini berkaitan dengan kepercayaan yang hendak dibangun di mata para investor. Menurutnya, praktik saham gorengan banyak menimbulkan korban dan kerugian, sehingga tidak boleh ada lagi ke depannya.
HENDARTYO HANGGI | CAESAR AKBAR