Tempo.Co, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia atau BI Perry Warjiyo mengatakan 2019 ditutup dengan capaian stabilitas eksternal yang terjaga. BI mencatat aliran modal asing masuk yang cukup besar.
Di samping itu cadangan devisa akan naik kembali pada Desember 2019. "Nanti di minggu depan akan kita umumkan tapi data-data sementara cadangan akan lebih tinggi dari US$ 127 miliar," kata Perry di Masjid Kompleks Bank Indonesia, Jakarta, Jumat, 3 Januari 2019.
Dengan demikian, kata dia, indikasi neraca pembayaran di triwulan IV diperkirakan mengalami surplus. "Sebagaimana terbukti dengan cadangan devisa yang naik di triwulan IV," ujarnya.
Cadangan devisa yang meningkat itu juga sejalan dengan pergerakan nilai tukar rupiah yang menguat pada 2019. Di mengatakan sepanjang 2019, rupiah mengalami apresiasi 2,68 persen.
"Bahkan di bawah 13.900 atau ditutup 13.880 itu mengalami apresiasi dan merupakan nilai tukar yang terbaik, kalau di Asia di bawah Thailand tapi hampir sama dengan Filipina," ujar Perry.
Direktur Departemen Komunikasi Junanto Herdiawan mengatakan posisi cadangan devisa Indonesia tercatat US$ 126,6 miliar pada akhir November 2019. Angka itu berubah tipis dibandingkan dengan posisi pada akhir Oktober 2019 yang sebesar US$ 126,7 miliar.
"Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 7,5 bulan impor atau 7,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor," kata Junanto dalam keterangan tertulis, Jumat, 6 Desember 2019.
Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
"Perkembangan cadangan devisa pada November 2019 terutama dipengaruhi oleh penerimaan devisa migas, penerimaan valas lainnya, dan pengeluaran untuk pembayaran utang luar negeri Pemerintah," kata dia.