TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa menyatakan butuh strategi khusus untuk mendorong pertumbuhan ekonomi pada tahun 2020. Salah satunya dengan membuat lompatan inovasi, terlebih di saat perekonomian global yang melesu.
Suharso menjelaskan sektor pertama yang akan didorong adalah hilirisasi produk secara besar-besaran. Terkait hal ini, pemerintah melarang ekspor nikel untuk proses hilirisasi di dalam negeri. "Pabrik baterai lithium juga dibangun di Morowali, Sulawesi Tengah, untuk industri mineral," katanya dalam Tempo Economic Briefing di Jakarta, Kamis, 19 Desember 2019.
Lebih jauh Suharso juga menyebut pemerintah akan menggenjot sejumlah sektor industri penopang pertumbuhan kedua yakni sektor konstruksi. Dari saat ini tumbuh 6,1 persen, akan dipacu hingga 6,4 persen.
Ketiga, sektor manufaktur. Bappenas memproyeksikan pertumbuhan sektor manufaktur dari saat ini tumbuh 4,3 persen menjadi 6,5 persen. Suharso juga berharap kontribusi sektor manufaktur pada perekonomian juga bisa tumbuh. Dari saat ini 19 persen menjadi 21 hingga 22 persen.
Cara itulah yang akan ditempuh Bappenas untuk memacu pertumbuhan ekonomi selama 2020 hingga 2024 nanti. Dari pertumbuhan stagnan di kisaran 5 persen beberapa tahun terakhir, menjadi rata-rata 6 persen sepanjang lima tahun ke depan.
Terkait lompatan ekonomi ini, Suharso sebelumnya mengaku terinspirasi oleh kisah pasangan suami istri yang sama-sama ekonom, Esther Duflo dan Abhijit Banerjee. Keduanya meraih penghargaan Nobel Ekonomi berkat penelitian mereka pelaksanaan SD Inpres di Indonesia.
“Saat itu, SD Inpres berhasil membuat rata-rata pendidikan masyarakat Indonesia naik, dari di bawah 3 tahun menjadi 6 tahun,” katanya.
Suharso Monoarfa menilai, SD Inpres yang digagas oleh Presiden Soeharto tersebut bisa dianggap sebuah lompatan besar. Untuk itu, Suharso ingin momen itu kembali terulang di zaman Presiden Joko Widodo atau Jokowi saat ini. “Kami ingin mencari SD Inpres baru, untuk menciptakan lompatan,” kata dia.