TEMPO.CO, Jakarta - PT Chandra Asri Petrochemical (Chandra Asri) turut menghemat devisa negara hingga Rp 8 triliun dengan medirikan pabrik baru senilai Rp 5,7 triliun yang memproduksi polyethylene (PE) di Cilegon. Produk tersebut menjadi subtitusi impor.
“Semua produknya ditujukan untuk kebutuhan dalam negeri dan hasil produksi pabrik ini akan menjadi produk substitusi impor, sehingga Indonesia dapat menghemat devisa sebesar Rp8 triliun per tahun,” kata Presiden Direktur CAP Erwin Ciputra di Cilegon, Banten, Jumat, 6 Desember 2019.
Erwin memaparkan sejak didirikan pada 1992, Chandra Asri berupaya maju dan berkembang untuk menjadi mitra pertumbuhan bagi industri, pemerintah dan masyarakat Indonesia.
Adapun produk petrokimia yang diproduksi Chandra Asri dapat digunakan sebagai bahan baku untuk barang kebutuhan sehari-hari yang berguna untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.
“Produk polyethylene kami merupakan bahan baku untuk produk pendukung infrastruktur, pipa air, kabel listrik, kemasan makanan, peralatan rumah tangga dan lain-lain,” kata Erwin.
Dengan beroperasinya pabrik baru PE Chandra Asri, maka kapasitas produksi PE perusahaan bertambah 400 ribu ton per tahun, menjadikan total kapasitas produksi sebesar 736 ton per tahun.
Neraca perdagangan ekspor dan impor untuk seluruh bahan kimia mengalami defisit sebesar Rp 193 triliun, dengan nilai ekspor mencapai Rp 124 triliun, sedangkan impor Rp 317 triliun.
Kebutuhan PE di dalam negeri mencapai 2,3 juta ton per tahun dan produksi dalam negeri hanya mampu memenuhi 280 ribu ton PE per tahun. Sehingga 1,52 juta ton sisanya masih harus diimpor.
Presiden Joko Widodo pun mendorong masuknya investasi di sektor petrokimia untuk menekan impor produk ini. Bahkan, Jokowi optimistis Indonesia akan menjadi negara pengekspor produk petrokimia dalam waktu empat tahun ke depan.