TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Indonesia mulai mempelajari inisiatif Blue Dot Network yang diluncurkan Amerika Serikat, Australia, dan Jepang. Inisiatif tersebut diluncurkan pada Senin, 4 November 2019, dalam ajang Indo-Pacific Business Forum di Bangkok, Thailand.
“Saya dengar dokumennya sudah diterima dan sedang dipelajari instansi terkait, termasuk oleh teman di Kementerian Luar Negeri,” kata Pelaksana Tugas Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Teuku Faizasyah saat dihubungi di Jakarta, Kamis, 28 November 2019.
Blue Dot Network merupakan sebuah inisiatif multisektor yang mempromosikan pengembangan infrastruktur global. Infrastruktur global ini diklaim memiliki kualitas tinggi dan memiliki standar yang dapat dipercaya.
Lewat Blue Dot Network, nantinya akan ada evaluasi dan sertifikasi terhadap proyek infrastruktur yang sesuai standar di kawasan Indo-Pasifik. "Untuk menciptakan infrastruktur yang berkualitas, untuk menciptakan peluang, progres, dan stabilitas” kata Executive Vice President The U.S. Overseas Private Investment Corporation (OPIC) David Bohigian.
Media asing menulis inisiatif ini sebagai upaya Amerika menandingi Proyek Jalur Sutera milik Cina. Akan tetapi, Under Secretary for Economic Growth, Energy, and Environment, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, Keith Krach membantahnya. "Saya pikir ini bukan respons atas Belt and Road Cina tapi ini kebutuhan dari negara-negara yang terlibat," kata dia.
Saat dihubungi beberapa hari lalu, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pun belum mengetahui adanya inisiatif ini. "Kami masih belum tahu detailnya, segera kami bahas dengan Pak Menko (Airlangga Hartarto) dan Deputi terkait," kata Sekretaris Kemenko Bidang Perekonomian, Susiwijono, saat dihubungi di Jakarta, Sabtu, 9 November 2019.
FAJAR PEBRIANTO