TEMPO.CO, Jakarta - PT Pertamina (Persero) mengalokasikan uang sekitar US$ 428 juta untuk pengembangan energi bersih dari 2020 hingga 2026. Alokasi belanja ini meningkat jauh dibandingkan tahun 2017 yang hanya US$ 37 juta.
“Ini untuk memenuhi kebutuhan energi terbarukan,” kata Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Resiko Pertamina, Heru Setiawan dalam acara Pertamina Energy Forum di Raffles Hotel, Jakarta Selatan, Rabu, 27 November 2019.
Uang tersebut merupakan alokasi capital expenditure (capex) perusahaan untuk periode 2020 hingga 2026 tersebut. Pertamina menyadari bahwa industri energi secara global pada akhirnya akan mengarah pada skenario Green as Possible (GAP).
Dalam skenario ini, para industri energi akan mengadopsi penuh penggunaan energi bersih. Di sisi lain, pengembangan energi bersih di Indonesia masih belum agresif. Pemerintah punya target bauran energi bersih pada 2025 sebesar 23 persen. Tapi saat ini baru 12 persen.
Untuk itu, Pertamina pun telah menyusun sejumlah strategi untuk menghadapi skenario ini. Salah satunya yaitu pengembangan sumber energi baru seperti panas bumi, angin, dan solar. Sehingga di hilir, Pertamina juga akan mengembangan lini bisnis baru seperti baterai hingga petrokimia anorganik.
Di acara yang sama, Wakil Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Budi Gunadi Sadikin juga ingin ada diversifikasi bisnis di tubuh perusahaannya. Budi berharap tak hanya mengurus minyak dan gas, tapi juga mengembangkan energi sesuai potensi di masing-masing daerah di Indonesia.
“Mungkin harus diubah sedikit energy system-nya, dari sisi produksi dan distribusi,” kata Budi yang juga Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) usai menghadiri Pertamina Energy Forum di Raffles Hotel, Jakarta Selatan, Rabu, 27 November 2019.
Budi menilai upaya mendiversifikasi bisnis energi di Pertamina sangatlah mungkin dilakukan. Di Eropa, Budi menyebut ada bekas Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbahan dasar batu bara yang kemudian diubah menjadi biomass. Menurut dia, cara serupa bisa saja diterapkan di Indonesia. “Energi terbarukan kan gak hanya solar, biomass juga,” kata dia.
FAJAR PEBRIANTO