TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo mengatakan dengan negara muslim terbesar di dunia, Indonesia sangat mempunyai potensi untuk mengembangkan wisata halal dengan pesat. Ia memprediksi pada tahun 2020 akan pertumbuhan turis muslim di dunia mencapai 158 juta orang.
"Jumlah wisatawan muslim global terus meningkat per tahun, dan pada tahun 2020, diproyeksikan akan mencapai 158 juta orang. Ini berarti ada segmen pasar yang harus dikerjakan, apalagi, Indonesia adalah negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia," kata dia pada pembukaan Indonesia Halal Tourism Conference di Jakarta Covention Center (JCC), Jumat, 15 November 2019.
Karena pada tahun lalu sudah ada 140 juta turis Muslim yang telah menyumbang hingga US $ 35 miliar. Sehingga ini dirasa industri pariwisata halal telah ditetapkan sebagai sektor utama yang dapat mendorong dan pengembangan industri halal di Indonesia.
Dia menuturkan, industri halal saat ini tak bisa hanya dibatasi untuk populasi muslim saja. Namun Dody menuturkan, bahwa sektor halal bisa diterima oleh banyak kalangan tidak terbatas oleh budaya, ras, dan agama. "Label halal, sebagai contoh, merupakan simbol kualitas yang baik untuk suatu produk. Jadi bisa untuk muslim maupun non-muslim," ujarnya.
BI, kata Budi, akan terus mengembangkan industri halal dengan membina kerja sama secara nasional maupun internasional untuk membangun sektor halal lebih mengglobal.
Ketua Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia (PPHI) Riyanto Sofyan mengungkapkan, memang Indonesia mempunyai punya potensi yang sangat besar dalam wisata halal ini, karena orang-orang dalam negeri yang mayoritas muslim serta terkenal dengan keramahannya. Sehingga menurutnya situasi ini harus dimanfaatkan sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi dari sektor pariwisata halal.
"Satu-satunya ndustri yang paling cepat dan efektif untuk bisa meningkatkan ekonomi dan merata, karena sifatnya juga ekspor," ucap dia.
Riyanto menjelaskan, bahwa sektor pariwisata juga satu-satunya yang tidak terdampak dengan perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina. Jadi diharapkan industri wisata halal harus terus dikembangkan agar Indonesia tidak terus tergantung dengan perdagangan.
"Indonesia masih tergantung dengan trading, kalau wisata tidak tergantung dengan perang dagang, mau gimana aja orang mau tetap traveling," ungkap dia.