Sementara itu, pertumbuhan laba global terhenti pada kuartal kedua, menekan kepercayaan bisnis dan menyebabkan pemotongan dalam pengeluaran modal di seluruh dunia. "Bahayanya adalah bahwa perusahaan keuntungannya berkurang selanjutnya akan memangkas jumlah tenaga kerja mereka, hingga mengurangi kepercayaan diri konsumen dan minat belanja," kata Orlik seperti dikutip melalui Bloomberg.
Kebijakan moneter mungkin lebih longgar daripada pada awal tahun, tetapi bank sentral kekurangan amunisi dan dalam beberapa kasus mungkin terlalu lambat untuk bertindak. The Fed telah memangkas suku bunganya sebanyak dua kali sepanjang tahun ini, sementara suku bunga acuan Bank Sentral Eropa dan Jepang sudah berada di titik negatif.
IMF adalah satu di antara lembaga internasional lainnya yang mendesak pemerintah untuk melonggarkan anggaran, tetapi sejumlah tanda menunjukkan bahwa kebijakan fiskal akan bersifat reaktif bukan proaktif. Di samping hal-hal yang perlu dikhawatirkan, ada kabar baik yang setidaknya dapat menjaga suasana di pasar keuangan tidak begitu tegang.
Sebuah model yang dibuat oleh Bloomberg Economies memperkirakan peluang resesi AS tahun depan hanya 25 persen. Jika ekonomi Amerika tetap mampu berdiri tegak, mereka akan menjadi penopang bagi masalah di tempat lain. AS juga merupakan perekonomian yang lebih tertutup daripada yang lain, artinya mereka dapat melanjutkan ekspansi bahkan jika perdagangan global terpukul.
Dari segi moneter, The Fed telah memangkas suku bunganya dan ada kemungkinan penurunan lanjutan bulan ini. ECB dan BOJ juga telah mengeluarkan beberapa program stimulus untuk menopang ekonomi.
Selain itu, bank sentral lain di India, Australia, Korea Selatan, Afrika Selatan dan Brasil juga telah mengurangi suku bunga acuan mereka. Meskipun butuh waktu untuk memperlihatkan efeknya, kebijakan moneter akan tetap memberikan dukungan pertumbuhan.
BISNIS