TEMPO.CO, Jakarta -Kementerian Perindustrian atau Kemenperin mencatat nilai ekspor dari industri batik sepanjang semester I Tahun 2019 mencapai 17,99 juta dolar AS dengan tujuan utama pengapalan antara lain ke Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa.
“Industri batik merupakan bagian dari industri tekstil dan pakaian, yang menjadi salah satu sektor andalan dalam implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka Kemenperin Gati Wibawaningsih di Jakarta, Selasa, 24 September 2019.
Gati menyampaikan hal tersebut saat mewakili Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada pembukaan Pameran Batik dengan tema ‘Membatik untuk Negeri’ di Jakarta.
Sektor yang didominasi oleh industri kecil dan menengah atau IKM ini tersebar di 101 sentra di Indonesia, dengan jumlah sebanyak 47 ribu unit usaha dan telah menyerap tenaga kerja hingga 200 ribu orang.
Menurut Gati, industri batik mendapat prioritas pengembangan karena dinilai mempunyai daya ungkit besar dalam penciptaan nilai tambah, perdagangan, besaran investasi, dampak terhadap industri lainnya, serta kecepatan penetrasi pasar.
Baca Juga:
“Kemudian, dengan nilai perdagangan produk pakaian jadi dunia yang mencapai 442 miliar dolar AS, menjadi peluang besar bagi industri batik kita untuk meningkatkan pangsa pasarnya, mengingat kain lembaran batik adalah salah satu bahan baku produk pakaian jadi,” imbuhnya.
Oleh karena itu, bergulirnya era revolusi industri 4.0, memunculkan berbagai teknologi canggih yang dapat membuat dunia batik nasional semakin berdaya saing.
“Yayasan Batik Indonesia dapat memulai pendekatan kepada kaum milenial dengan melakukan digitalisasi dan memanfaatkan media sosial untuk kemajuan batik nasional,” ujar Airlangga.