TEMPO.CO, Jakarta – Tim pencari pesawat Twin Otter DHC6-400 menemukan sejumlah karung berserakan di tebing pegunungan, 10 kilometer dari Kampung Mamontoga, Distrik Hoeya, Kabupaten Mimika. Di lokasi itu, tim sebelumnya menemukan serpihan yang diduga merupakan bangkai pesawat DHC6-400 milik PT Carpediem.
“Laporan dari AirNav cabang pembantu Timika menemukan banyak karung berserakan di posisi 0,2 dari U Pass 44.5 DME 13.350 FT,” ujar Kepala Otoritas Bandara Wilayah X Merauke Usman Effendi kepada Tempo, Ahad, 22 September 2019.
Usman mengatakan, di lokasi tempat karung beras bertebaran tersebut, tampak tanah lapang yang umumnya digunakan untuk droping copper. Pesawat Twin Otter sebelumnya dinyatakan hilang kontak pada pukul 01.54 UTC yang seharusnya sampai di (Bandara) Ilaga pukul 02.09 UTC, Rabu lalu. Pesawat ini mulanya terbang dari Bandara Mozes Kilangin Timika. Pesawat tersebut membawa beras bantuan dengan berat 1,7 ton.
Menurut Usman, pesawat dikendalikan oleh tiga awak. Ketiganya adalah Captain Dasep Sobirin, Yudra Tutuko sebagai flight officer, dan Ujang Suhendar sebagai engineer on board.
Tim pencari yang tergabung di pesawat CN 235/A1 2318 milik TNI AU menemukan serpihan yang diduga bangkai pesawat pada Ahad siang. Penemuan serpihan juga dilaporkan oleh operator pesawat Sayap Garuda Indah bernomor registrasi PKZGM milik PT Freeport Indonesia. Berdasarkan informasi yang dihimpun oleh operator, cuaca di sekitar lokasi serpihan ditemukan tengah berawan.
Tim pencari telah kembali ke titik lokasi ditemukannya serpihan pesawat untuk proses evakuasi. Namun, terpaksa kembali ke posko lantaran terkendala kabut.
“Semoga cuaca mendukung supaya dapat dipastikan apakah serpihan itu merupakan bangkai pesawat Twin Otter atau bukan,” ujarnya.