TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah menguat sebesar 7 poin atau 0,05 persen dan berakhir di level Rp 14.060 per dolar AS hari ini. Sehari sebelumnya kurs rupiah ditutup terapresiasi 33 poin atau 0,23 persen di posisi Rp 14.067 per dolar AS.
Penguatan rupiah menyusul keputusan Bank Indonesia memangkas suku bunga acuannya pada sore hari ini. Padahal, rupiah sempat tergelincir dan melemah hingga menyentuh level 14.105, setelah dibuka terdepresiasi 34 poin atau 0,24 persen di Rp 14.101 per dolar AS pagi tadi.
Menurut Mizuho Bank, BI kemungkinan akan lebih lanjut melakukan penurunan suku bunga untuk menopang pertumbuhan seraya memperhitungkan kebutuhan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. “Tekanan antara penurunan suku bunga dan stabilitas nilai tukar rupiah jelas merupakan penyebab kendala kebijakan,” ujar Wisnu Varathan, kepala ekonom dan strategi di Singapura, Kamis, 19 September 2019.
Tapi sampai sekarang, BI tampaknya mempertahankan garis-garis dovish. "Dan kami memperkirakan lebih banyak pemangkasan sepanjang tekanan pertumbuhan dianggap bertahan,” kata Wisnu.
BI menurunkan suku bunga acuan (BI 7DRRR) sebesar 25 basis poin menjadi 5,25 persen. Adapun suku bunga Deposit Facility turun sebesar 25 bps menjadi 4,5 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar turun 25 bps menjadi 6 persen.
Menurut Gubernur BI Perry Warjiyo, kebijakan ini konsisten dengan target inflasi dan imbal hasil aset keuangan domestik yang tetap menarik serta langkah preemptive untuk mendorong ekonomi domestik di tengah perlambatan ekonomi global. Ia juga menegaskan bahwa pemangkasan suku bunga The Fed tidak mempengaruhi keputusan Bank Indonesia.
“BI akan mempertahankan bauran kebijakan yang mengakomodasi sejalan dengan proyeksi inflasi yang rendah dan kebutuhan untuk terus mendorong momentum pertumbuhan ekonomi,” kata Perry.
Dalam pertemuan yang berakhir hari ini, Bank of Japan (BOJ) mempertahankan target suku bunga jangka pendek pada minus 0,1 persen dan janji untuk menjaga imbal hasil obligasi pemerintah 10 tahun di kisaran 0 persen. Langkah tersebut berbanding terbalik dengan The Fed yang memutuskan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin untuk kedua kalinya tahun ini di tengah risiko global yang intensif.
Dalam pertemuan kebijakan moneternya (FOMC meeting) yang berakhir Rabu lalu waktu setempat, The Fed mengumumkan memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin. Suku bunga turun menjadi kisaran 1,75 persen hingga 2 persen. Kendati The Fed kembali memangkas suku bunga acuannya, para pembuat kebijakan juga terdengar memberikan sinyal beragam tentang langkah mereka selanjutnya.
Proyeksi dari seluruh 17 pembuat kebijakan yang dirilis pada akhir pertemuan menunjukkan ketidaksepakatan yang lebih besar. Sebanyak tujuh dari mereka mengharapkan pemangkasan suku bunga ketiga tahun ini.
Sementara itu, lima anggota melihat langkah pemangkasan suku bunga saat ini adalah yang terakhir untuk 2019, dan lima lainnya tampak menentang langkah pemangkasan pada Rabu lalu. “Ini adalah hal positif yang kecil untuk harga saham pada masa tidak ada resesi,” ujar Shane Oliver, kepala strategi investasi dan kepala ekonom di AMP Capital Investors, Sydney seperti dikutip dari Reuters.