TEMPO.CO, Bandung - Direktur Produksi PT Dirgantara Indonesia atau PTDI, Muhammad Ridlo Akbar, menyatakan pihaknya akan segera menyelesaikan proses sertifikasi pesawat N219. Sertifikasi ini jadi syarat mutlak agar perusahaan bisa menjalankan misi untuk menyambungkan pemerataan ekonomi Indonesia, khususnya daerah Papua.
Pesawat karya anak bangsa itu didesain dapat bermanuver meski dalam kecepatan rendah. Dengan begitu, daerah pengunungan seperti Papua yang rata-rata landasan udaranya berjarak pendek akan mudah dilalui oleh N219.
"Dia (N219) dapat bermanuver dalam kecepatan rendah. Untuk daerah pegunungan, dalam 59 knot bisa bermanuver itu luar biasa, karena itu sangat pelan," kata Ridlo dalam perayaan Hari Ulang Tahun ke -43 PTDI, Bandung, Sabtu, 24 Agustus 2019.
Ridlo menargetkan proses sertifikasi pesawat yang bisa mengangkut sekitar 19 penumpang itu akan selesai pada akhir tahun 2019. Setelah tersertifikasi, pesawat tersebut akan segera diproduksi secara massal. "N219 manufakturnya di desain penuh oleh rakyat Indonesia, tidak ada satupun insinyur luar yang terlibat di sana."
Hingga kini pesawat itu masih menyelesaikan tes penerbangan selama 350 jam. Dalam tes tersebut, kata dia, pesawat itu dilakukan uji ketangguhan seperti manuver ekstrem dan kelumpuhan mesin.
Pada akhirnya, kata Ridlo, pesawat ini harus handal dan tidak boleh gagal di udara. "Jadi itu tantangan utamanya, tapi tidak ada tantangan yang menyebabkan prosesnya (sertifikasinya) terhenti," katanya.
Lebih jauh Ridlo menjelaskan, menyampaikan PTDI kini sudah menjual sejumlah pesawat ke luar negeri. "Bulan September kita akan mengirim CN-23 ke Nepal, bulan Oktober kita akan ngirim NC212i ke Thailand, kita juga akan mengirim ke Senegal," ucapnya.
ANTARA