TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan laju Inflasi Juli 2019 mencapai sebesar 0,31 persen dengan inflasi tahun kalender 2,36 persen dan inflasi tahun ke tahun mencapai 3,32 persen. Kepala BPS Suhariyanto menilai, meski lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi Juni 2019, laju inflasi Juli 2019 masih dalam batas terkendali.
Suhariyanto menjelaskan, dari 82 kota ada 55 kota yang mengalami inflasi. Sisanya 27 kota tercatat mengalami deflasi. "Banyaknya kota deflasi karena permintaan kembali normal selama usai Ramadan dan Lebaran Mei dan Juni," katanya di Kantor BPS, Kamis, 1 Agustus 2019.
Lebih jauh Suhariyanto menyebut secara (y-o-y), inflasi tercatat 3,32 persen. Dia menyatakan pada 2019 puncak inflasi Mei dan 2 tahun sebelumnya Juni. "Ini karena pergeseran Ramadan dan Lebaran."
Adapun inflasi tertinggi terjadi di Sibolga sebesar 1,82 persen dan deflasi terjadi di Tual yakni -1,55 persen. Penyebabnya menurut BPS adalah turunnya berbagai jenis harga. "Inflasi 0,31 persen ini lebih tinggi dari Juli 2018 yang sebesar 0,28 persen, dan 0,22 persen pada Juli 2017," ujar Suhariyanto.
Suhariyanto menyatakan komoditas dominan yang memberikan andil inflasi pada Juli 2019 adalah cabai merah, cabai rawit, dan perhiasan emas. Adapun inflasi pada Juni 2019 mencapai 0,55 persen (mtm), 2,05 persen (ytd), dan 3,28 persen (yoy). Kelompok bahan makanan memiliki andil terbesar pada Juni 2019 yang mencapai 0,38 persen dan inflasinya pun mencapai 1,63 persen (mtm).
Laju inflasi kelompok bahan makanan mencapai 4,97 persen (ytd) dan mencapai 4,91 persen (yoy). Pada Juli tahun sebelumnya, tingkat inflasi terjaga di angka 0,28 persen (mtm), 2,18 persen (ytd), dan 3,18 persen (yoy).
Waktu itu, kelompok bahan makanan mengalami inflasi mencapai 0,86 persen (mtm) dan 5,35 persen (yoy). Adapun inflasi kelompok bahan makanan disusul oleh inflasi pada kelompok pendididkan, rekreasi, dan olahraga yang mengalami inflasi sebesar 0,83 persen (mtm) dan 3,62 persen (yoy).
BISNIS