Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Produksi Beras Naik dan Sangat Cukup untuk Masyarakat

image-gnews
Kuntoro mengutip Yon Koeswoyo - salah seorang personil Koes Plus yang menyingkap bahwa lagu ini terinspirasi sebuah tempat bernama Kolam Susu terletak di Desa Dualaus, Kecamatan Kakuluk Mesak, Kabupaten Belu Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Kuntoro mengutip Yon Koeswoyo - salah seorang personil Koes Plus yang menyingkap bahwa lagu ini terinspirasi sebuah tempat bernama Kolam Susu terletak di Desa Dualaus, Kecamatan Kakuluk Mesak, Kabupaten Belu Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Iklan

INFO BISNIS — Sejak dulu Indonesia tersohor sebagai negara yang kaya sumber daya alamnya. Sejak tahun 1973, Koes Plus, group band rock n roll legendaris asal Tuban, Jawa Timur, pun mengabadikannya lewat lantunan lagu bertajuk “Kolam Susu”. Lagu ini melegenda hingga sekarang karena lirik dan nadanya indah, ringan, dan menggambarkan dengan jelas betapa kaya alam Indonesia. Dalam lagu itu, Indonesia disyiarkan memiliki sumber pangan yang luar biasa kaya hingga diibaratkan sebagai “Kolam Susu”. 

“Inspirasi lagu ini nyata, bukan sekadar rekaan untuk menjual rangkaian kata dengan beriring nada,” ujar Kepala Biro Humas dan Informasi Publik, Kementerian Pertanian (Kementan), Kuntoro Boga Andri. 

Kuntoro mengutip Yon Koeswoyo, salah seorang personil Koes Plus, yang menyingkap bahwa lagu ini terinspirasi sebuah tempat bernama Kolam Susu terletak di Desa Dualaus, Kecamatan Kakuluk Mesak, Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur. 

“Jadi, saat Yon Koeswoyo mengunjungi lokasi ketika dalam perjalanan dari Atambua ke Dili pada 1972, ia menyaksikan alam kita benar-benar kaya, elok, dan unik,” ujarnya meniru Yon pada media beberapa waktu lalu. 

Kuntoro mengaku heran jika di tengah sumber daya alam yang diumpamakan sebagai tanah surga ini, kerap muncul kekhawatiran kecukupan bahan pangan. “Bahkan untuk polemik kecukupan beras pun dengan mudah dapat dijelaskan bahwa negara kita sudah kategori swasembada,” ujarnya. 

Ia memberi gambaran, bencana iklim terparah el nino pada 2015 dan la nina pada 2016 yang melanda Indonesia, sekali pun tidak mempengaruhi swasembada. Sebagai pembanding apple to apple pada kondisi iklim ekstrim yang sama, penduduk Indonesia pada 1998 sebanyak 201 juta jiwa, dan pada 2015 telah berjumlah 255 juta jiwa. Kondisi iklim 2015 dan 2016 lebih parah dari kondisi 1997 dan 1998. Dengan kalkulasi impor beras di 1998 sebesar 12,1 juta ton, maka ekuivalen atau harusnya pemerintah impor beras pada tahun 2016 sebesar 16,8 juta ton. 

“Tetapi, berkat Upaya Khusus (UPSUS) Padi Jagung dan Kedelai yang berhasil, Indonesia ternyata tidak perlu mendatangkan beras seperti di tahun 1998,” ucap Kuntoro. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Seperti diketahui, tahun 2016 tidak ada rekomendasi impor beras konsumsi. Beras yang masuk awal 2016 merupakan luncuran dari kontrak impor beras Bulog 1,5 juta ton pada akhir tahun 2015. Juga pada 2017 tidak ada impor beras konsumsi. 

Kuntoro menambahkan bukti lain produksi beras naik dan sangat cukup untuk masyarakat dapat dilihat dari gambaran bahwa jumlah penduduk periode 2014-2018 bertambah 12,8 juta jiwa dan mestinya membutuhkan tambahan beras 1,7 juta ton. Kebutuhan tersebut selama ini sudah dapat dipenuhi dari petani dan saat yang sama petani juga masih menyimpan beras sebagai surplus produksi. 

“Bila stok Bulog menjadi ukuran, maka stok beras di gudangnya kini ada 2,5 juta ton beras. Kondisi saat ini stok beras di gudang Bulog menumpuk dan beras impor tahun 2018 belum terpakai,” katanya. 

Perhitungan baru BPS yang menggunakan Kerangka Sampling Area (KSA) pun menyebutkan 2018 produksi beras 32,95 juta ton, konsumsi  29,57 juta ton, sehingga masih terjadi surplus 3,38 juta ton beras dan tidak ada masalah swasembada beras. 

“Untuk prediksi data KSA BPS periode Januari-Agustus 2019, produksi beras nasional mencapai 24,56 juta ton, konsumsi nasional periode tersebut 19,83 juta ton sehingga masih surplus 4,73 juta ton. Artinya, produksi beras kita masih berlebih banyak,” ujarnya. (*)

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Cara Merawat Ban Tubeless Mobil

7 November 2022

Cara Merawat Ban Tubeless Mobil

Agar ban tubeless Anda mampu bertahan lama, pasti harus diperlakukan dengan baik sehingga tidak cepat rusak.


Guru TIK Batam Makin Melek Digital

29 Agustus 2022

Kemenkominfo Menyelenggarakan Kelas Literasi Digital dalam Bimbingan Teknis untuk MeningkatkanKompetensi Guru TIK di Kota Batam | Foto: KEMENKOMINFO
Guru TIK Batam Makin Melek Digital

Kemenkominfo Menyelenggarakan Kelas Literasi Digital dalam Bimbingan Teknis untuk MeningkatkanKompetensi Guru TIK di Kota Batam


Semakin Mudah, LRT, Bus, dan Angkot di Palembang Sudah Terintegrasi

27 Februari 2022

Semakin Mudah, LRT, Bus, dan Angkot di Palembang Sudah Terintegrasi

Integrasi memudahkan aksesibilitas dan meningkatkan kenyamanan masyarakat menggunakan angkutan umum perkotaan di Palembang dan sekitarnya.


Gus Muhaimin Rajut Spirit Perjuangan Kiai Abbas di Pesantren Buntet Cirebon

27 Februari 2022

Wakil Ketua DPR RI Abdul Muhaimin Iskandar
Gus Muhaimin Rajut Spirit Perjuangan Kiai Abbas di Pesantren Buntet Cirebon

Gus Muhaimin mengaku spirit perjuangan Kiai Abbas akan terus dikenang sepanjang masa.


Penangkapan Ikan Terukur Berbasis Kuota Utamakan Nelayan Kecil

27 Februari 2022

Penangkapan Ikan Terukur Berbasis Kuota Utamakan Nelayan Kecil

Kuota tersebut dimanfaatkan untuk nelayan lokal, bukan tujuan komersial (penelitian, diklat, serta kesenangan dan rekreasi), dan industri


BNI Siapkan Layanan Beyond Banking untuk 8 Juta Diaspora Indonesia

19 Februari 2022

(Ki-ka) Direktur Utama BNI Royke Tumilaar, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, dan Direktur Treasury dan International BNI Henry Panjaitan bersama sekitar 300 diaspora Indonesia yang hadir secara virtual dalam Acara Silaturahmi Daring Diaspora Indonesia, Sabtu (19/2/2021).
BNI Siapkan Layanan Beyond Banking untuk 8 Juta Diaspora Indonesia

Kolaborasi diaspora dengan perbankan nasional merupakan upaya untuk terus menciptakan banyak peluang investasi di luar negeri.


Mesin ATM BNI di Kantor Rans, Pakar: Strategi Bank Genjot Literasi Keuangan

19 Februari 2022

Mesin ATM BNI
Mesin ATM BNI di Kantor Rans, Pakar: Strategi Bank Genjot Literasi Keuangan

Heboh Raffi Ahmad dan Nagita Slavina yang mendapatkan kado ulang tahun mesin ATM dari PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI).


Bamsoet Optimistis Pengaspalan Kembali Sirkuit Internasional Pertamina Mandalika Segera Selesai

19 Februari 2022

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo
Bamsoet Optimistis Pengaspalan Kembali Sirkuit Internasional Pertamina Mandalika Segera Selesai

Tes pramusim MotoGP yang telah digelar pada 11 Maret 2022 menjadi pelajaran penting menghadapi race MotoGP pada 18-20 Maret 2022 nanti.


Dukung KTT G20, PLN Tambah 2 Pembangkit Perkuat Listrik Bali

19 Februari 2022

Dukung KTT G20, PLN Tambah 2 Pembangkit Perkuat Listrik Bali

Kesuksesan penyelenggaraan G20 Indonesia akan menjadi bukti keandalan listrik PLN dalam mendukung kegiatan berstandar dunia.


HNW: Sebaiknya Pemerintah Segera Mencabut Permenaker 2/2022

19 Februari 2022

Wakil Ketua MPR RI Dr. H. M Hidayat Nur Wahid, MA
HNW: Sebaiknya Pemerintah Segera Mencabut Permenaker 2/2022

Sikap yang memaksakan tetap berlakunya Permenaker 2/2022 itu bisa menciderai nilai kemanusiaan dan keadilan dalam Pancasila.