TEMPO.CO, Jakarta - Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan mengantisipasi insiden kereta anjlok di lintas selatan Nagreg, Jawa Barat, saat masa arus balik Lebaran berlangsung. Beberapa jalur kereta di Nagreg memang telah ditandai sebagai kawasan zona merah yang rawan longsor dan banjir.
BACA: Antisipasi Macet Arus Balik, Menhub Minta Gerbang Tol Palimanan Dihapus
"Kami siapkan posko di Nagreg. Posko itu berjaga sejak H-10, sehingga kalau ada kereta anjlok langsung diatasi," ujar Direktur Jenderal Perkeretaapian Kemenhub saat ditemui di kawasan Widya Chandra, Jakarta Selatan, Rabu petang, 5 Juni 2019.
Insiden kereta anjlok sebelumnya terjadi dua kali saat arus mudik. Pada 30 Mei lalu, kereta api Lodaya Tambahan jurusan Solo-Bandung anjlok di jalur lintas selatan relasi Stasiun Lebakjero dan Stasiun Nagreg di KM 193-192. Akibatnya, jalur sepanjang lebih kurang 1,3 kilometer mesti diperbaiki dengan pemasangan bantalan dan penambat baru.
BACA: Tak Ada Shalter Bus Trans Jawa, Penumpang Akan Dijemput Armada Penghubung
Selanjutnya, kereta insiden kereta anjlok kembali menimpa kereta api Serayu jurusan Purwokerto-Pasar Senen pada H-1 Lebaran, 4 Juni 2019. Kereta Serayu anjlok di KM 193+7 jalur lintas selatan Nagreg, tak jauh dari lokasi anjloknya kereta Lodaya fakultatif.
Zulfikri mengatakan pihaknya akan mengecek langsung ke lapangam pada hari ini, 6 Juni 2019. Ia memastikan perbaikan di dua titik jalur yang rusak bakal kelar sebelum puncak arus balik berlangsung.
Adapun saat ini, proses perbaikan rel masih terus dilakukan. Petugas secara paralel menyelipkan bantalan kayu untuk mengganti bantalan-bantalan yang rusak. "Kami pakai cara kerja windows time untuk mengganti bantalan pecah," ucapnya.
Windows time berarti, bila ada kereta melintas, perbaikan dihentikan. Saat tak kereta telah lewat, petugas kembali memperbaiki jalur rel. Dengan begitu, kecepatan kereta yang melaju di zona merah dibatasi sekitar 10 kilometer per jam. Adapun kecepatan normal kereta saat melaju daerah itu ialah 30-40 kilometer per jam.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi sebelumnya mengatakan faktor utama yang membuat kereta anjlok adalah turunnya muka tanah karena tingginya intensitas perjalanan kereta api. "Penyebabnya penurunan (muka tanah). Di daerah Garut-Tasik itu kan daerah pegunungan, volume dan kecepatan kereta tinggi itu membuat tanah bergetar dan kalau ada hujan membuat kereta anjlok," ujar Budi Karya di kantornya, 30 Mei 2019.
Budi Karya menyebut pemerintah telah mengantisipasi kejadian ini dengan perawatan infrastruktur. Sebelum masa angkutan mudik berlangsung, petugas Kementerian dan PT Kereta Api Indonesia atau KAI sudah mengecek kondisi rel.
Baca berita tentang arus balik lainnya di Tempo.co.