TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perhubungan berencana memoles terminal-terminal bus kelas A tahun depan. Perbaikan ini dilakukan seiring dengan meningkatnya minat masyarakat terhadap angkutan bus.
Baca juga: Mudik Lebaran 2019, Terminal Pulogebang Dijamin Bebas Calo Tiket
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan Kementerian Perhubungan telah menyorongkan rencana anggaran revitalisasi senilai Rp 500 miliar dalam pos anggaran pendapatan dan belanja negara atau APBN 2020. "Anggaran untuk memperbaiki terminal sudah dialokasikan oleh Kementerian Keuangan," ujar Budi Karya saat ditemui di Gedung Cipta, kantor Kementerian Perhubungan, Jalan Medan Merdeka Barat, Jumat, 17 Mei 2019.
Anggaran untuk masing-masing terminal diwacanakan sekitar Rp 10 miliar. Saat ini, Kementerian Perhubungan mendata ada 92 terminal tipe A yang tersebar di seluruh Indonesia. Lantaran anggaran terbatas, pada tahap mula, revitalisasi tak akan dilakukan di semua terminal.
Proyek perbaikan ini dijalankan secara bertahap dengan mempertimbangkan skala prioritas. Direktur Angkutan dan Multimoda Darat Kementerian Perhubungan Ahmad Yani mengatakan revitalisasi bakal digencarkan di terminal-terminal dengan pergerakan penumpang tinggi lebih dulu.
"Enggak semua bisa dikerjakan langsung," ujarnya kepada Tempo saat ditemui di lokasi yang sama. Di Jawa, misalnya, terminal dengan pergerakan penumpang tinggi terdapat di Yogyakarta, Surabya, Tegal, dan Pekalongan.
Dalam rancangan Kementerian Perhubungan, proyek revitalisasi ini meliputi perbaikan fisik terminal, penambahan lounge atau ruang tunggu, dan pembaruan toilet. Kementerian Perhubungan menargetkan, terminal-terminal bus nantinya akan setara dengan bandar udara.
Selain berencana merevitalisasi terminal, Kementerian Perhubungan juga tengah mengusulkan kredit ringan setara kredit usaha rakyat untuk para pengusaha atau operator bus. Program kredit ringan ini juga akan diajukan ke Kementerian Keuangan dalam waktu dekat.
Wacana kredit ringan didengungkan untuk meremajakan bus-bus yang saat ini beroperasi. Budi Karya sebelumnya berujar, Kementeriannya bakal memastikan bus yang beroperasi merupakan bus yang laik. "Kalau busnya leggrek, deyek-deyek, peyot-peyot, siapa yang mau naik?" ucapnya.
Baca berita terminal lainnya di Tempo.co