TEMPO.CO, Jakarta - Kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu sore ini melemah seiring neraca perdagangan April 2019 yang defisit US$ 2,5 miliar. Rupiah melemah 29 poin atau 0,2 persen menjadi Rp 14.463 per dolar AS dari sebelumnya Rp 14.434 per dolar AS.
Baca: Awal Puasa, Rupiah dan Mata Uang Asia Lainnya Melemah
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi, mengatakan, defisit neraca perdagangan April mematahkan tren positif yang sudah dibukukan dalam dua bulan sebelumnya yaitu surplus US$ 540 juta pada Maret dan US$ 330 juta pada Februari. "Ketika neraca dagang membukukan defisit, maka defisit transaksi berjalan atau 'current account deficit' akan menjadi sulit untuk diredam," ujar Ibrahim, Rabu, 15 Mei 2019.
Seperti diketahui, defisit neraca transaksi berjalan pada kuartal-I 2019 adalah senilai US$ 7 miliar atau setara dengan 2,6 persen dari PDB. Angka ini jauh lebih lebar dari defisit periode yang sama tahun lalu US$ 5,19 miliar atau 2,01 persen dari PDB.
Dari sisi eksternal, perkembangan positif terkait perang dagang AS-Cina membuat dolar AS perkasa dan menjadi incaran investor. Setelah seringkali mengeluarkan pernyataan yang keras terhadap Cina, belakangan justru Presiden AS Donald Trump nampak melunak.
"Kini, Trump menyebut bahwa perang dagang dengan Cina hanya merupakan 'pertengkaran kecil' serta bersikeras bahwa negosiasi antar dua negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia tersebut belum putus," kata Ibrahim.
Sebelumnya, rupiah pada pagi hari dibuka melemah Rp 14.445 dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp 14.438 per dolar AS hingga Rp 14.463 per dolar AS.
Baca: Rupiah Bakal Makin Loyo Terimbas Sentimen Perang Dagang AS-Cina
Adapun kurs tengah Bank Indonesia pada Rabu menunjukkan rupiah melemah menjadi Rp 14.448 per dolar AS. Sedangkan kurs rupiah di hari sebelumnya ada di posisi Rp 14.444 per dolar AS.
ANTARA