TEMPO.CO, Jakarta - Senior Riset Bursa Efek Indonesia, Poltak Hotradero memperkirakan pasar modal Indonesia stabil saat penyelenggara Pemilihan Presiden atau Pilpres 2019. Hal itu, kata dia, dilihat dari India, Brasil, Turki, dan Afrika Selatan, di mana faktor politik tidak berpengaruh banyak pada performa ekonomi negara.
Baca juga: KPU Berharap Visi Misi Capres Tersampaikan di Debat Pamungkas
"Jadi, empat negara ini punya pola yang sama, yaitu pasar modalnya seperti bergerak, terbebas pada rail yang berbeda dari ekonomi. Kalau kami lihat pasar modalnya tidak berpengaruh. Pada saat menjelang dan pada saat jadi kontestasi politik berlangsung, maka cenderung flatening, jadi stagnan," kata Poltak di Gedung Empica, Jakarta, Kamis, 11 April 2019.
Dia mengatakan pasar modal datar pada masa itu karena demokrasi sebenarnya adalah kontestasi popularitas. Risiko di pasar modal juga tergantung popularitas.
"Impact adanya pemilu, pasar modal tetap bergerak positif. Kalau melihat dari peer-nya yang sebaya dengan Indonesia, sepertinya akan mengikuti pola yang sama," ujarnya.
Dia mengatakan saat ini sudah terjadi bentuk pematangan ekonomi Indonesia, yang dilihat dari sektor keuangan Indonesia, sehingga terpisah dari faktor politik. Menurut Poltak, gambaran tiga pemilu yang sebelumnya atau pada 2004, 2009, 2014, sudah membentuk pendewasaan ekonomi dan sektor keuangan Indonesia.
Menurut Poltak, faktor yang lebih berpengaruh pada performa bursa saham adalah tingkat bunga dan arus portofolio global.
Negara-negara berkembang, kata dia, memiliki alokasi investasi portofolio cukup besar dalam portofolio investasi global. Hal ini yang mendorong integrasi kuat dengan portofolio global.
"Bercermin pada pertumbuhan ekonomi dan event politik di masa lalu, maka aspek politik memiliki pengaruh relatif rendah pada ekonomi dan pasar modal Indonesia," ujarnya soal pengaruh Pilpres 2019 terhadap pasar modal.