TEMPO.CO, Bandung - Direktur Utama PT Bandar Internasional Jawa Barat (BIJB) Muhamad Singgih mengatakan, bisnis kargo di Bandara Kertajati di Majalengka akan mulai beroperasi bulan depan.
Baca juga: Ridwan Kamil Tanggapi Sentilan Prabowo Soal Bandara Kertajati
“Maret ini untuk domestik, dan Mei untuk internasional,” kata dia saat dihubungi Tempo, Selasa, 19 Februari 2019.
Singgih mengatakan, PT BIBJ menggandeng PT Angkasa Pura Kargo untuk mengoperasikan bisnis kargo domestik. Sementara untuk layanan kargo internasional menggandeng PT Jasa Angkasa Semesta. Keduanya dianggap sebagai pemain kargo yang berpengalaman.
Singgih mengatakan, pada tahap awal, PT BIJB sudah menuntaskan pembangunan gudang di kompleks bandara seluas 4.500 meter persegi untuk mengoperasikan bisnis kargo domestik yang dijadwalkan beroperasi bulan depan. Luas tersebut baru memenuhi persyaratan minimum yang sifatnya wajib.
Menurut Singgih, gudang tersebut mencukupi untuk mengoperasikan bisnis kargo bandara. “Kargo yang ada baru di dalam areal bandara dengan bangunan seluas 4.500 meter persegi, cukup untuk memenuhi kebutuhan sampai 2 tahun ke depan. Walau sebentar lagi kita sedang siapkan pengembangannya lagi,” kata dia.
Singgih mengakui, bisnis kargo agak tersendat dimulai karena persoalan dana. “Dulu karena keterbatasan dana saja. Tapi yang penting kita mulai dengan yang ada dulu,” kata dia.
Singgih mengatakan, bisnis kargo yang dibuka bulan depan baru untuk melayani bisnis kargo di Lini 1. Bisnis kargo Lini 1 itu untuk pelayanan pengiriman barang sebelum masuk ke pesawat harus melalui pengelola kargo bandara.
BIJB juga tengah bersiap mengembangkan bisnis kargo ini di Lini 2. “Kalau sudah masuk ke Lini 2 itu , nanti masyarakat bebas membuat gudang, tapi mungkin dengan cara membuka gudang dengan jarak sekian kilometer dari bandara. Tapi di dalam kawasan bandara sendiri ada lahan 8 hektare yang memungkinkan untuk itu,” kata Singgih.
Singgih mengatakan, untuk bisnis kargo di Bandara Kertajati tersebut, PT BIJB bermodal Rp 30 miliar untuk membangun gudang. “Operator yang masuk ini yang menginvestasikan untuk crane dan lain-lain, untuk mobilisasi barang dan sebagainya. Itu hanya beberapa miliar saja. Mereka masuk di BIJB dengan skema sewa sekaligus konsesi. BIJB mendapat revenue sharing di atas 25 persen, ini bagus,” kata dia.