TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli menyampaikan bahwa utang luar negeri bagi suatu negara berkembang seperti Indonesia sebenarnya adalah hal yang biasa. Tapi Rizal mewanti-wanti agar pemerintah Indonesia tidak meminjam uang dari lembaga multilateral seperti International Monetary Fund (IMF) maupun World Bank atau Bank Dunia.
Baca: Jokowi Izinkan Bidang Usaha Dikuasai Asing, Rizal Ramli: Kok Tega
"Banyak prasyarat yang merupakan jebakan-jebakan neoliberalisme," kata Rizal dalam cuitan di akun twitternya, @RamliRizal pada pukul, 11.00 WIB, Rabu, 2 Januari 2018.
Bahkan Rizal menyebut bahwa belakangan ini, ada pula pinjaman antar negara yang dirancang sebagai loan to owned. Dalam skema ini, kata dia, pinjaman atau utang, sengaja dimark-up alias digelembungkan agar macet. Sehingga, aset pada suatu negara bisa dimiliki atau dikuasai oleh negara lain dalam jangka panjang.
Saat ini, perdebatan soal utang ini masih terus berlanjut hingga beberapa bulan menjelang pemilu presiden pada 17 April 2019 mendatang. Baru-baru ini, calon wakil presiden nomor urut 02, Sandiaga Uno, berpendapat dalam membangun infrastruktur, pemerintah tidak harus mendanai dari utang luar negeri.
Menteri Keuangan Sri Mulyani juga telah-telah jauh hari menyampaikan bahwa pembiayaan infrastruktur tanpa utang bukanlah hal baru di era pemerintahan Joko Widodo. Indonesia pun, kata Sri, tidak lagi meminjam uang ke IMF maupun World Bank. "Mereka kasih pinjaman ke negara yang mengalami krisis neraca pembayaran," kata Sri saat acara IMF/World Bank, Oktober 2018.
Lebih lanjut, Rizal Ramli menyebut jika pembangunan Indonesia berlandaskan utang ataupun neoliberalisme ala Bank Dunia, maka Indonesia tidak akan mampu tumbuh seperti Jepang dan Cina. "Karena jika tumbuh di atas 6,5 persen, pasti ekonomi kepanasan, jadi utang harus dikurangi," ujarnya.
Untuk itu, Rizal Ramli meminta pemerintah meninggalkan pembangunan ekonomi neoliberal ala Bank Dunia jika ingin tumbuh lebih tinggi. Hanya saja, Rizal tidak merinci lebih lanjut model seperti apa yang disebutnya sebagai pembangunan ekonomi neoliberal itu. Rizal hanya menyampaikan tidak ada satupun negara yang berhasil menjadi negara maju dengan mengikuti resep yang dianjurkan Bank Dunia. "Tidak di Amerika Latin, tidak di Asia, apalagi Afrika."