TEMPO.CO, Jakarta - Pergerakan saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk. melesat ke zona hijau pada sesi pembukaan perdagangan perdana 2019.
Baca juga: PGN Akuisisi Pertagas, Dirut: Sejarah Baru
Saham emiten berkode PGAS itu meningkat 60 poin atau 2,83 persen pada satu jam pertama perdagangan sesi pertama, Senin, 2 Januari 2019. Pergerakan harga naik dari Rp2.120 pada penutupan perdagangan 2018 menjadi Rp2.180.
Sebagai catatan, harga saham PGAS tercatat menguat 21,1 persen selama 2018.
Seperti diberitakan sebelumnya, analis Panin Sekuritas William Hartanto menilai akuisisi yang dilakukan akan menambah aset perseroan. Dengan demikian, aksi korporasi tersebut akan berdampak positif ke depan.
“Sentimen sendiri kelihatannya positif, terlihat dari pegerakan saham PGAS yang kian menguat dalam tiga bulan terakhir tetapi agak tertahan di resistance Rp2.140,” ujarnya.
William memberikan rekomendasi beli untuk saham PGAS. Target harga berada di level Rp 2.400 per saham.
Dalam kesempatan terpisah, Kepala Riset Narada Kapital Kiswoyo Adi Joe merekomendasikan beli untuk saham PGAS. Harga wajar berada di level Rp 4.000 per saham.
Dalam siaran persnya, Direktur Utama Perusahaan Gas Negara Gigih Prakoso menyatakan perseroan telah resmi menjadi subholding gas. Hal itu sejalan dengan integrasi bisnis gas PT Pertamina Gas dan seluruh anak usaha yang telah rampung.
Proses integrasi tersebut ditandai dengan ditandatanganinya perjanjian jual beli antara Perusahaan Gas Negara dan PT Pertamina (Persero) untuk saham Pertamina Gas (Pertagas).
Gigih menuturkan para pihak telah melakukan proses penilaian atau valuasi kembali atas proses integrasi bisnis gas Pertagas. Langkah itu diperlukan karena PGAS dan Pertamina telah memutuskan untuk mengikutsertakan empat anak usaha Pertagas yakni PT Perta Arun Gas, PT Perta Daya Gas, PT Perta-Samtan Gas, dan PT Perta Kalimantan Gas dalam pengambilalihan saham.
BISNIS