TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Jababeka Group, Tbk, Setyono Djuandi Darmono mengatakan kerugian kerusakan bangunan yang diakibatkan oleh tsunami di Selat Sunda Rp 150 miliar. "Kurang lebih kerugiannya segitu, kalau mau dibangun kembali semua," ujar dia di Menara Batavia, Senin, 24 Desember 2018.
Baca: Ini Biaya yang Wajib Disiapkan Usai Mobil Tersapu Tsunami Anyer
Darmono menuturkan seluruh bangunan yang berada di kawasan Tanjung Lesung sudah diasuransikan. Biaya pembangunan dan pemulihan kawasan wisata yang rusak akibat bencana alam pun akan ditanggung oleh asuransi.
Setidaknya butuh waktu selama enam bulan untuk memulihkan kawasan Tanjung Lesung sebagai objek wisata. Darmono menjelaskan, akan terus membangun dan meyakinkan investor untuk berinvestasi di sana. Dalam beberapa waktu ke depan, segmen pengunjung yang datang ke Tanjung Lesung berubah.
Tsunami yang terjadi pada Sabtu malam lalu, menurut Darmono, tak membuat perusahaannya merugi. "Jababeka pengembang kota baru dan hotel hanya sebagai alat promosi, yang kami jual lahan," tutur dia.
Anggaran perusahaan yang sudah dibuat, ujar Darmono, juga tidak ada yang berubah pasca bencana tsunami tersebut. Saat ini yang dilakukan perusahaan adalah menjaga kepercayaan investor untuk menggerakkan Tanjung Lesung sebagai Kawasan Ekonomi Khusus.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menyatakan tsunami terjadi akibat erupsi gunung Anak Krakatau yang bersamaan dengan gelombang pasang saat purnama.
Sementara itu, berdasarkan laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per hari ini hingga pukul 07.00 WIB, tercatat 281 orang meninggal dunia, 1.016 orang luka-luka, 57 orang masih hilang, dan 11.687 orang mengungsi akibat tsunami Selat Sunda.