TEMPO.CO, Jakarta - Menteri energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan Baru saja melantik Dwi Soetjipto sebagai Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksanaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi atau SKK Migas. Dwi Soetjipto ditunjuk menggantikan Amien Sunaryadi yang telah memasuki masa pensiun.
Baca juga: Kepala SKK Migas: 4 Hambatan Paling Sulit di Operasi Hulu Migas
"Saya berjanji akan setia dan taat pada Undang-Undang Dasar 1945, akan menjunjung tinggi etika jabatan, bekerja sebaik-baiknya, penuh rasa tanggung jawab, danakan menjaga integritas, dan tidak menyalahgunakan kewenangan," kata Dwi Soetjipto saat dilantik oleh Jonan, Senin, 3 Desember 2018.
Dwi Soetjipto bukan nama baru di sektor energi Indonesia. Ia pernah memimpin perusahaan energi pelat merah PT Pertamina (Persero) mulai tahun 2014 hingga dicopot pada awal 2017.
Ia dicopot dari jabatan Direktur Utama bersamaan dengan wakilnya, Ahmad Bambang. Kala itu, Komisaris Pertamina Gatot Tri Hargo mengatakan dua orang pentolan Pertamina itu dicopot lantaran permasalahan kepemimpinan.
Ada beberapa peristiwa tercatat kala Dwi Soetjipto menukangi Pertamina. Peristiwa itu antara lain adalah saat ia mengumumkan pembubaran salah satu anak usaha Pertamina yang dinilai merugikan, yakni Petral. Pada zaman dia pula perseroan mengeluarkan produk anyar yaitu Pertalite.
Pada masa jabatan Dwi Soetjipto, Pertamina sempat dianugerahi perusahaan dengan predikat The Best Downstream Service & Solutions Company. Sementara, Dwi Soetjipto diganjar prediket Asia Best CEO dalam Oil and Gas Awards 2015 oleh Majalah Internasional World Finance.
Sebelum berkiprah di industri energi, alumni Teknik Kimia Institut Teknologi Sepuluh November ini malang melintang di industri semen. Dwi Soetjipto pernah menjabat sebagai Direktur Utama PT Semen Indonesia Tbk pada periode 2012 - 2014. Pada era itu, perseroan menyatukan Semen Padang, Semen Gresik, dan Semen Tonasa. Kala itu Semen Indonesia melebarkan sayapnya ke luar negeri dengan membuka pabrik di Vietnam.
Semen Indonesia tak lain adalah transformasi dari PT Semen Gresik (Persero) yang dikomandoi oleh pria kelahiran Surabaya 63 tahun silam itu sejak tahun 2005. Di bawah kendali Dwi Soetjipto, Semen Gresik menjelma menjadi raja semen di Asia Tenggara.
Pada 2012, Produksi Semen Gresik telah melebihi Siam Cement Thailand yang kala itu sempat menduduki posisi teratas dengan produksi 23 juta ton. Waktu itu, perseroan sukses memproduksi 25 juta ton semen dengan 12 pabrik yang mereka miliki.
Sejak lulus kuliah sarjana dari ITS, Dwi Soetjipto yang kini telah menyandang doktor dari Universitas Indonesia itu memulai karirnya di industri semen dengan bergabung ke PT Semen Padang. Di perusahaan itu, ia sempat menduduki posisi Direktur Penelitian dan Pengembangan selama delapan tahun sejak 1995. Selanjutnya, ia ditunjuk menjadi Direktur Utama Semen Padang pada 2003 - 2005.
Di luar aktivitasnya sebagai bos perusahaan, Dwi Soetjipto juga tercatat aktif sebagai Koordinator Bidang Pendidikan dan Pelatihan di Institut Semen dan Beton Indonesia. Ia juga menjabat Ketua Ikatan Keluarga Alumni ITS.
CAESAR AKBAR | FAJAR PEBRIANTO