TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Amien Sunaryadi melakukan survei mengenai operasi hulu migas. Dalam hasil survei tersebut, Amien menemukan empat hambatan yang paling sulit diatasi dalam operasi hulu migas di lapangan.
"Yang ini masalah yang selama ini dihadapi hulu migas. Ternyata terkonfirmasi dari responden juga," kata Amien saat dihubungi, Ahad, 3 Juni 2018.
Baca juga: SKK Migas: Produksi Minyak dan Gas Bumi Kian Menurun
Dalam survei tersebut, Amien menemukan beberapa masalah atau hambatan yang dihadapi operasi hulu migas di lapangan. Hambatan tersebut antara lain lambatnya pembebasan lahan, lambatnya proses perizinan, adanya masalah sosial yang muncul karena provokasi, dan adanya pungutan yang tidak resmi.
Masalah tersebut ditemukan atas pertanyaan, "Beberapa hambatan dihadapi oleh operasi hulu migas di lapangan. Hambatan ini adalah yang paling sulit diatasi."
Survei dilakukan secara online berbasis media sosial menggunakan aplikasi Mentimeter. "Kuesioner dibuka tanggal 27 Mei 2018 dan ditutup tanggal 31 Mei 2018 jam 24.00 dengan total responden 1.616 orang," ujar Amien.
Dari survei tersebut, Amien juga mengkonfirmasi masalah yang dihadapi negara. "Cadangan devisa tergerus banyak sekali untuk impor BBM (bahan bakar minyak). Dan itu bukan hal baru. Sudah sejak 15 tahun yang lalu terasa," ucapnya.
Masalah tersebut, kata Kepala SKK Migas itu, di antaranya konsumsi bahan bakar minyak 1,6 juta barel per hari, produksi crude oil 78 ribu barel per hari, hingga impor crude oil yang banyak sekali.