TEMPO.CO, Jakarta - Bekas menteri di era Presiden Soeharto, Soebroto, mewanti-wanti ada tiga persoalan di bidang ekonomi yang perlu ditangani pemerintah pada era sekarang. Persoalan itu berkaitan dengan perekonomian hingga soal iklim. "Tiga masalah itu adalah tantangan besar bagi orang-orang dan Indonesia pada umumnya," ujar mantan Menteri Pertambangan dan Energi itu di Djakarta Theater, Jakarta, Rabu, 28 November 2018.
BACA: Tensi Perang Dagang Meningkat, Cina Genjot Investasi di RI
Persoalan pertama adalah perang dagang antara dua negara adi daya, Cina dan Amerika Serikat. Ihwal tersebut, menurut Soebroto, akan sangat berdampak ke dalam perekonomian Indonesia. Apalagi Indonesia adalah eksportir barang-barang komoditas. "Kita bergantung kepada harga yang berfluktuasi," tutur dia.
Dengan adanya perang dagang antara dua negara itu, Soebroto melihat Cina juga mulai mengurangi impornya, salah satunya dari Indonesia. Tentu saja, langkah itu langsung mempengaruhi neraca pembayaran Indonesia.
Persoalan kedua adalah revolusi industri 4.0 alias revolusi teknologi. Laksana pedang bermata dua, Soebroto mengatakan revolusi itu tidak hanya akan mempermudah kehidupan umat manusia, namun juga mempengaruhi kehidupan bangsa.
Revolusi yang ditandai dengan digitalisasi berbagai macam sistem dalam perindustrian itu, menurut mantan Sekretaris Jenderal Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) itu, bakal mempengaruhi sektor tersebut dari sisi produksi hingga distribusi. Sehingga pada era seperti ini, ia menggarisbawahi perlunya daya yang akurat dan sistematis dalam mengikuti perkembangan tersebut.
Terakhir, bekas Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Koperasi itu menyebut perubahan iklim sebagai persoalan yang harus dicermati pemerintah. Saat ini, perubahan iklim itu secara nyata sudah terasa di Indonesia dengan adanya beberapa fenomena cuaca seperti angin puting beliung, hujan es, hingga cuaca dingin ekstrim di Wonosobo, Jawa Tengah beberapa waktu lalu.
"Lalu pemanasan meningkat dengan adanya penggunaan bahan bakar fosil," ujar Soebroto. "Awas jangan sampai dunia rusak."
Baca berita lainnya tentang ekonomi di Tempo.co.