TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan faktor dalam negeri yang akan mempengaruhi pergerakan rupiah pekan depan, salah satunya adalah rilis pertumbuhan ekonomi kuartal III. Bhima mengatakan pelaku pasar mencermati rilis data pertumbuhan ekonomi kuartal III 2018 yang diperkirakan mencapai 5,05 persen.
Baca juga: BI Bantah Kenaikan Suku Bunga Jadi Hambatan Pertumbuhan Ekonomi
"Penurunan pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh rendahnya konsumsi rumah tangga pasca Lebaran, geliat industri manufaktur yang tertekan kenaikan biaya bahan baku dan pelemahan kurs rupiah," kata Bhima saat dihubungi, Ahad, 4 November 2018.
Bhima mengatakan kinerja ekspor dan investasi belum terlalu pulih. Di sisi yang lain, kata dia, andalan pertumbuhan adalah belanja pemerintah melalui bansos, meskipun kontribusinya hanya 9-10 persen dari Produk Domestik Bruto.
BPS juga akan merilis data pengangguran pada 6 November. Sejauh ini, kata Bhima, tingkat pengangguran cukup menurun. "Namun terjadi pergeseran dari manufaktur dan pertanian ke sektor jasa," ujar Bhima.
Bhima mengklaim hal itu menunjukkan kualitas penyerapan tenaga kerja berkurang.
Bhima mengatakan menanggapi rilis data pertumbuhan ekonomi, investor rentan melakukan penjualan bersih (net sales) pekan depan.
Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta memprediksi pertumbuhan ekonomi kuartal III sebesar 5,1 persen. "Perang dagang paling banyak faktornya terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal III," kata Nafan.
Staf Khusus Presiden Ahmad Erani Yustika mengatakan pemerintah terus berupaya menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di tengah aneka tekanan ekonomi eksternal. "Pemerintah memitigasi dengan jalan mendesain kebijakan fiskal yang solid, kebijakan moneter yang terkelola, dan optimalisasi sektor riil secara optimal," ujar Erani.