TEMPO.CO, Jakarta - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengungkapkan ketinggian jelajah Lion Air JT 610 tak stabil selama 12 menit penerbangan menuju Bandara Depati Amir, Pangkal Pinang, Bangka Belitung.
Baca juga: Lion Air Jatuh, Polda Siapkan Tim Trauma Healing di RS Polri
Ketua KNKT, Soerjanto Tjahjono, memperkirakan pesawat dengan registrasi PK-LQP tersebut berada di ketinggian 2.500-3.000 kaki ketika akhirnya dinyatakan hilang kontak dengan menara kontrol bandara.
“Gerakannya naik-turun, sehingga sulit dipastikan ketinggian akhirnya," kata Soerjanto di kompleks Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Banten, Senin 29 Oktober 2018.
Dia mengatakan KNKT saat ini masih mengumpulkan data untuk menentukan penyebab kecelakaan. Komite juga telah meminta data perawatan pesawat kepada manajemen Lion Air. Adapun rekaman komunikasi terakhir pilot dengan menara kontrol akan diambil dari Perusahaan Umum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan atau Airnav Indonesia.
“Masa penyelidikan tergantung kondisi black box saat nanti sudah ditemukan,” kata Soerjanto.
Lion Air JT 610 dipastikan jatuh di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat, kemarin. Pesawat jenis Boeing 737 Max8 itu hilang kontak pada pukul 06.32 WIB, atau sekitar 12 menit setelah take off dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Dipimpin oleh Kapten Bhavye Suneja, pilot berusia 31 tahun asal India, PK-LQP membawa 181 penumpang. Bhavye didampingi kopilot Harvino dan lima awak kabin.
Baca juga: Pesawat Baru Lion Air Seharga Rp 1,7 Trilun Terbang Hanya Tiga Bulan