Sementara ini, KNKT mensinyalir JT 610 jatuh menghunjam laut. Dugaan Soerjanto ini—menepis kemungkinan pesawat meledak di udara—didasari pada temuan serpihan badan pesawat yang berdekatan dengan radius tak lebih dari 2 kilometer.
Menurut Soerjanto, pilot sempat meminta return to base (RTB) atau kembali ke Soekarno-Hatta pada menit kedua setelah mengudara dengan laporan adanya permasalahan teknis. Pada menit yang sama, pilot meminta izin menaikkan ketinggian pesawat dari 1.700 kaki ke 5.000 kaki. Soerjanto belum dapat memastikan apa masalah teknis yang dialami penerbang.
Yang jelas, menurut Soerjanto, laporan awal dari Lion Air menyatakan JT 610 telah diperiksa kelayakannya, baik berupa daily check, overnight check, maupun pre-fly check yang dilakukan pada pukul 04.00 sebelum keberangkatan. “Laporannya satisfied (memuaskan),” kata dia.
Tim Badan SAR Nasional mengecek dokumen dan kartu identitas korban kecelakaan pesawat Lion Air JT 610 di Pelabuhan JICT Tanjung Priok, Jakarta, Selasa, 30 Oktober 2018. Pesawat Lion Air JT 610 tujuan Jakarta-Pangkal Pinang yang mengangkut 189 penumpang dan awak maskapai tersebut mengalami kecelakaan di perairan Karawang. TEMPO/Muhammad Hidayat
Juru bicara Airnav Indonesia, Yohanes Harry Douglas Sirait, mengatakan menara kontrol mengabulkan permintaan RTB karena pilot menyatakan ada masalah teknis. “Karena flight control trouble,” kata Yohanes kepada Tempo.
Hal senada diutarakan Direktur Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara Kementerian Perhubungan, Avirianto. "Intinya ada technical reason. Situasinya di atas, kan kami belum tahu," ujarnya.