TEMPO.CO, Jakarta - Senior Analyst CSA Research Institute Reza Priyambada memperkirakan rupiah masih cenderung bergerak menyamping atau sideways. Reza memperkirakan rupiah berada pada rentang support Rp 15.196 dan resisten Rp 15.175 per dolar Amerika Serikat.
Baca juga: Kurs Rupiah Jisdor Melemah Jadi Rp 15.221 per Dolar AS
"Pergerakan rupiah diperkirakan masih akan cenderung bergerak sideways, di mana pergerakan imbal hasil obligasi AS dan dolar AS masih akan kembali dicermati pelaku pasar," kata Reza saat dihubungi, Ahad, 21 Oktober 2018.
Menurut Reza, masih adanya kekhawatiran akan kebijakan kenaikan suku bunga The Fed yang mempengaruhi pergerakan sejumlah mata uang terhadap dolar AS termasuk rupiah.
"Diharapkan sentimen dari dalam negeri, terutama dari rilis pertemuan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia dapat menahan pelemahan lebih lanjut," kata Reza.
Menurut Reza, suku bunga acuan BI yang saat ini sebesar 5,75 persen, pas. "Saya berharap tetap ya sambil diperbaiki makrofundamental kita," ujar Reza.
Bank Indonesia akan menggelar RDG pada 22-23 Oktober 2018. Menurut Reza tetap perlu mencermati dan waspadai berbagai sentimen yang dapat kembali menahan kenaikan rupiah.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menguat pada akhir pekan. Dalam situs resmi Bank Indonesia, Jakarta Interbank Spot Dollar Rate atau JISDOR mencatat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di angka Rp 15.221 pada 19 Oktober 2018.
Angka tersebut menunjukkan pelemahan 38 poin dari nilai sebelumnya, yaitu Rp 15.187 pada 18 Oktober 2018. Sedangkan pada 18 Oktober 2018, kurs jual US$ 1 terhadap rupiah, yaitu Rp 15.263 dan kurs beli Rp 15.111.
Angka Rp 15 ribu per dolar AS pertama kali terjadi pada 3 Oktober 2018. Hingga saat ini kurs rupiah masih menyentuh Rp 15 ribu per dolar AS.