TEMPO.CO, Jakarta - Lewat publikasi ekonomi Asian Development Outlook 2018, Asian Development Bank atau ADB memperkirakan ekonomi di Indonesia masih akan tumbuh kuat pada 2018 dan 2019.
Baca juga: ADB Prediksi Ekonomi Indonesia Tumbuh Lebih Inklusif
“Meskipun lingkungan global cukup berat, perekonomian Indonesia diproyeksikan masih tumbuh dengan baik tahun ini dan tahun depan,” kata Kepala Perwakilan ADB Indonesia Winfried Wicklein di Jakarta, Rabu, 26 September 2018.
Ia menilai fundamen perekonomian Indonesia masih kuat dengan prospek pertumbuhan yang baik dan inflasi yang masih terkendali. Selain itu, kata dia, posisi fiskal masih terkelola dengan baik dan sejumlah langkah telah diambil guna menjaga stabilitas.
Wicklein mengatakan, walaupun pertumbuhan ekspor mungkin melambat dalam jangka pendek, permintaan domestik masih akan bertahan. Bahkan jika kebijakan moneter digunakan untuk memitigasi tekanan eksternal dan mendorong stabilitas.
Pertumbuhan ekonomi diperkirakan masih kuat sebesar 5,2 persen pada tahun ini, yang meningkat dari 2017 dengan 5,1 persen. Sedangkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2019, ADB memperkirakan berada di angka 5,3 persen.
Menurut dia, pengeluaran rumah tangga diproyeksikan masih tumbuh stabil. Wicklein menuturkan kenaikan pendapatan yang dibarengi dengan pertumbuhan lapangan kerja dan pengeluaran terkait dengan pemilihan umum diyakini akan membantu mempertahankan konsumsi.
Ia menjelaskan, dalam laporan tersebut juga disebutkan bahwa pengeluaran rumah tangga akan terbantu oleh harga yang stabil, dengan prakiraan inflasi rata-rata 3,4 persen pada 2018 dan 3,55 persen pada 2019.
Selain itu, investasi swasta akan diuntungkan dengan terus diperbaikinya lingkungan usaha, termasuk pembenahan infrastruktur, peningkatan logistik, dan penyederhanaan peraturan. Adapun belanja pemerintah untuk infrastruktur juga diyakini masih akan bertahan pada tahun ini dan tahun depan. "Dengan beberapa proyek besar yang dijadwalkan akan selesai," ucap Wicklein.
Wicklein berujar, dengan investasi yang lebih kuat dan pertumbuhan ekonomi yang mulai melaju, defisit transaksi berjalan diperkirakan akan melebar ke 2,6 persen dari produk domestik bruto (PDB), baik pada tahun ini maupun tahun depan.
"Kebijakan fiskal juga masih tetap dijalankan dengan hati-hati, dengan defisit anggaran yang rendah dan utang pemerintah sebesar 30 persen dari PDB," tutur Kepala Perwakilan ADB Indonesia tersebut.