Piter mengatakan ada satu lagi indikator yang menjadi ukuran baik atau tidaknya fundamental ekonomi, yaitu transaksi berjalan. Indikator ini, kata Piter menjelaskan bagaimana perekonomian dibiayai. Rumusan teoritisnya adalah current account sama dengan saving atau menabung dikurangi investasi atau investment.
Menurut Piter, transaksi berjalan menggambarkan selisih antara saving dan investment di suatu negara. Kalau saving negara lebih kecil daripada investasi yang dibutuhkan, kata Piter, transaksi berjalan akan defisit. Negara itu, menurut Piter, akan membutuhkan aliran modal asing untuk menutup defisit transaksi berjalan. Dampak dari aliran modal asing ini, kata Piter, menjadikan negara tersebut akan rentan terhadap kondisi global. "Saving investment gap sangat berkaitan dengan tax ratio, karena saving di sini termasuk juga saving-nya pemerintah. Tax ratio rendah, saving pemerintah rendah. Argumentasi ini yang secara sederhana digunakan pak Anwar Nasution untuk mengatakan fundamental ekonomi kita sesungguhnya tidak kuat," kata Piter.
Piter mengatakan pertumbuhan ekonomi 5,1 persen dengan inflasi 3,5 persen, artinya ekonomi Indonesia cukup sehat dan kuat. Tetapi, defisit transaksi berjalan yang terjadi secara persisten menunjukkan ekonomi Indonesia fragile atau rentan. Hal itu terbukti selama setahun terakhir perekonomian Indonesia diombang ambingkan oleh gejolak global.
"Menggunakan semua indikator di atas saya lebih memilih untuk mengatakan fundamental ekonomi Indonesia kuat tetapi fragile atau rentan," ujar Piter berbeda pendapat dengan Anwar Nasution.
KARTIKA ANGGAENI