TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla mendorong semua pihak untuk memenuhi target bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada 2025. Jika memungkinan, JK ingin baurannya melebihi target.
Baca juga: Catatan Jusuf Kalla untuk Dirut Pertamina Baru Nicke Widyawati
Untuk memenuhi target tersebut, JK mengatakan pemerintah perlu membangun pembangkit listrik bertenaga EBT berkapasitas sekitar 23 ribu mega watt (MW). Saat ini sudah dibangun pembangkit berkapasitas sekitar 9 ribu MW.
Dalam tujuh tahun ke depan atau hingga 2025, pemerintah perlu memproduksi 14 MW EBT. "Artinya tiap tahun dibutuhkan minimum dua ribu MW," kata dia di Balai Kartini, Jakarta, Rabu, 29 Agustus 2018.
Jusuf Kalla mendorong Kementerian Energi serta PT PLN (Persero) untuk mewujudkan target tersebut. "Apabila tidak dicapai dua ribu MW per tahun, kita melanggar aturan," ujarnya.
Target bauran energi tertuang dalam Kebijakan Energi Nasional dalam Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014. Pemerintah juga mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2017 tentang Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) untuk mempercepat program tersebut.
Bauran EBT juga harus dilaksanakan untuk menjaga kualitas udara di Indonesia. Menurut JK, energi fosil seperti batubara yang saat ini banyak digunakan menyebabkan polusi dan efek rumah kaca.
JK mengatakan potensi pengembangan EBT di Indonesia sangat besar. Potensi listrik dari energi air saja disebutnya mencapai 70 ribu MW sementara potensi geothermal hingga 40 ribu MW. "Artinya secara potensi itu tidak sulit. Jadi bagaimana Pak Menteri ESDM membikin aturan dengan PLN agar dapat dicapai jumlah itu," ujarnya.
Jusuf Kalla mengingatkan agar Indonesia tak bergantung kepada energi fosil. Energi tersebut tak bisa diperbarui. Minyak di dalam negeri diperkirakan habis 20 tahun lagi, sementara gas dan batubara masing-masing diperkirakan hanya bertahan hingga 30 dan 80 tahun mendatang.