TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Kantor Staf Kepresidenan Moeldoko meminta para pelaku usaha tetap tenang di tengah rentetan aksi teror bom di Surabaya. “Pemerintah telah memitigasi atas kejadian ini. Kami berharap sekali lagi bahwa semua pelaku dunia usaha supaya tenang,” ujar dia di Gedung Menara 165, Jakarta, Senin, 14 Mei 2018.
Pernyataan Moeldoko menanggapi teror bom bunuh diri terjadi di tiga gereja di Surabaya pada Ahad, 13 Mei 2018 kemarin. Akibat peristiwa itu, sebanyak 13 orang tewas dan 43 orang mengalami luka-luka.
Baca: Teror Bom Surabaya, Kurs Rupiah Melemah Terbatas
Malamnya, sekitar pukul 21.00 WIB, serangan bom kembali terjadi di salah satu rumah susun di Sidoarjo. Sementara pagi ini sekitar pukul 08.50 WIB, serangan kembali terjadi di Mapolrestabes Surabaya.
Lebih jauh, Moeldoko juga tak hanya ke pelaku usaha tapi juga masyarakat umum agar juga ikut tenang dan menyerahkan penyelesaian masalah ini kepada TNI dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri). “Masyarakat semuanya tenang, serahkan kepada polisi dan TNI untuk menyelesaikan,” tutur dia.
Menanggapi hal yang sama, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Tito Sulistio yakin rentetan kejadian itu tidak terlalu berpengaruh besar pada aktivitas di pasar modal. Salah satunya karena perusahaan-perusahaan yang masuk dalam LQ45 menunjukkan kinerja solid.
Perusahaan yang tercatat tergabung dalam LQ45 menunjukkan kinerja solid dengan rata-rata pendapatan meningkat sebesar 15,96 persen dan laba bersih meningkat 11,68 persen pada kuartal pertama 2018 dibanding periode yang sama tahun lalu," kata Tito Sulistio, seperti dikutip Kepala BEI Perwakilan Ambon Roberto Dachi di Ambon, Ahad, 13 Mei 2018.
Selain itu, kondisi pasar cukup stabil, yang ditunjukkan dengan likuiditas transaksi yang tinggi dengan rata-rata transaksi harian mencapai Rp 8,87 triliun atau meningkat sebesar 16,7 persen dibanding 2017. Adapun frekuensi harian sebesar Rp 387 ribu atau meningkat 23,7 persen ketimbang tahun lalu.
Karena itu, Tito mengimbau investor dan semua pelaku pasar modal tidak bereaksi berlebihan. "Dan tetap optimistis terhadap stabilitas keamanan nasional," ucapnya.
Tito mencontohkan, bom Thamrin pada 14 Januari 2016 menunjukkan teror tersebut tidak berpengaruh besar pada kegiatan di pasar modal. Saat itu, indeks harga saham gabungan (IHSG) sempat terkoreksi sebanyak 77,86 poin atau 1,72 persen di level 4,459,32 poin. Namun koreksi IHSG tersebut hanya reaksi sesaat atau bersifat sementara.
Pasalnya, pada penutupan perdagangan sesi kedua pada hari yang sama, IHSG hanya ditutup melemah tipis 0,53 persen. Sedangkan keesokan harinya, IHSG menguat 0,24 persen. Investor di pasar modal tidak terpengaruh oleh gerakan teror yang terjadi saat itu.
Sementara itu, ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail memperkirakan sentimen mengenai serangan teror bom di Surabaya bakal berdampak terbatas bagi pergerakan nilai tukar rupiah pada hari ini.
ANTARA