TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah kemarin merombak susunan Direksi PT Pertamina (Persero). Komisaris Utama Pertamina Tanri Abeng menyebutkan pergantian direksi merupakan rangkaian proses induk usaha (holding) migas dan perubahan nomenklatur yang sudah diputuskan dalam rapat umum pemegang saham luar biasa sebelumnya.
Tanri menjelaskan, sesuai dengan surat keputusan 39 dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) luar biasa pada Februari 2018 terkait dengan perubahan nomenklatur dari 1 direktur pemasaran menjadi 3 direktur pemasaran. "Jadi, dua tambahan direksi baru dalam jajaran direksi saat ini untuk mengisi kekosongan tersebut," ujarnya pada jumpa pers, Jumat, 20 April 2018.
Baca: Nama Definitif Bos Pertamina Tunggu Persetujuan Presiden Jokowi
Khusus untuk pergantian direksi dari Direktur Utama, Direktur Pengolahan, Direktur Megaproyek, Direktur pemasaran, dan Direktur Manajemen Aset, kata Tanri, dilakukan setelah dilakukan kajian oleh jajaran komisaris terkait kondisi terkini. "Jajaran komisaris melihat proyek kilang dan mega proyek harus dilakukan kajian perubahan biaya. Pasalnya, harga minyak mentah terus naik sehingga mempengaruhi biaya yang bakal dikeluarkan oleh Pertamina juga," tuturnya.
Untuk itu diperlukan penanganan secara intensif agar semua proyek bisa dijalankan. "Selain itu, ada pula terkait putusnya pipa bawah laut di Balikpapan yang menjadi salah satu kajian terkait pergantian direksi kali ini," ujar Tanri.
Selain itu, lambannya perkembangan proyek kilang dan terjadinya kelangkaan Premium disebut salah satu yang menyebabkan beberapa direksi lama itu harus diganti. Secara umum, pergantian ini disebut sebagai rangkaian dari semua aspek pembentukan holding migas.
Tanri pun menyebutkan, perseroan bisa saja mengubah target dari rencana kerja dan proyek-proyek dengan pergantian direksi ini. "Semua akan disesuaikan dengan situasi dan kondisi saat ini," ujarnya.
Dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) Pertamina pada Jumat lalu telah diputuskan, Elia Massa Manik selaku Direktur Utama digantikan dengan pelaksana tugas (Plt) Nicke Widyawati yang merangkap sebagai Direktur SDM. Lalu, Toharso digantikan Budi Santoso Syarif sebagai Direktur Pengolahan. Sebelumnya, Budi adalah VP refining Technology Pengolahan.
Dwi Daryoto digantikan oleh M. haryo Junianto sebagai Direktur Manajemen Asset Pertamina. Ardhy N. Mokobombang digantikan oleh Heru Setiawan sebagai Direktur Mega Proyek. Muchamad Iskandar sebagai Direktur Marketing Korporasi digantikan oleh Basuki Trikora Putra. Lalu, Direktur Marketing Ritel diemban oleh Masud Hamid, dan Direktur Supplychain Infrastruktur Logistik dijabat oleh Gandhi Sriwidjojo.