TEMPO.CO, Jakarta - Pengusaha farmasi mendukung Presiden Joko Widodo atau Jokowi atas penurunan bea masuk impor obat dan peralatan untuk penanganan kanker di Tanah Air. Sebab, Indonesia selama ini terbilang masih bergantung pada obat impor dari luar negeri yang harganya terbilang tidak murah.
“Kami sangat mendukung karena obat kanker ini memang mahal. Di lain sisi, penyakit kanker adalah penyakit yang serius yang butuh penanganan intensif. Sementara pabrik yang memproduksi obat kanker di Indonesia juga baru tiga atau empat, jadi masih sangat bergantung obat impor,” ujar salah satu pelaku usaha farmasi, Anthony Ch Soenarjo, saat dihubungi Tempo pada Jumat, 6 April 2018.
Baca: Jokowi Minta Anak Penderita Kanker Tetap Punya Cita-cita Besar
Terlebih, dia melanjutkan, ada rencana Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan menghapus tanggungan beberapa penyakit, termasuk kanker, yang pendanaannya akan ditanggung bersama antara BPJS Kesehatan dan pasien.
Usul penurunan bea masuk impor obat dan peralatan untuk penanganan kanker di Indonesia datang setelah Jokowi bersilaturahmi dengan pengurus Yayasan Kanker Anak Indonesia di Istana Bogor, Jumat, 6 April 2018. "Tadi masukan-masukan yang diberikan, misalnya yang berkaitan dengan regulasi untuk bea masuk obat-obatan dan peralatan, nanti akan saya tindak lanjuti," ujar Jokowi di Istana Bogor, Jumat.
Terkait dengan hal ini, Jokowi mengatakan akan memerintahkan Menteri Kesehatan Nila Moeloek dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membahas masalah itu. "Nanti Menkes dan Menkeu biar membahasnya karena ini juga menyangkut masalah yang penting bagi anak-anak kita ke depan," ujarnya.
Menindaklanjuti permintaan Jokowi itu, Nila Moeloek menuturkan, selama ini, untuk penanganan kanker memang ada obat dan peralatan yang tidak dibuat di Indonesia sehingga harus diimpor. "Untuk kemanusiaan, memang kami usulkan bisa direndahkan atau diturunkan. Itu harus dibicarakan dengan Kemenkeu. Itu bukan cuma obat, tapi juga peralatan," ucapnya.