TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Strategi dan Portofolio Utang Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan Schneider Siahaan menyatakan, permasalahan utama pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan lima aspek. Kelimanya adalah kualitas sumber daya manusia (SDM), angka pengangguran, kemiskinan, kesehatan, dan pendidikan.
Artinya, aspek-aspek itu yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan perekonomian negara ketimbang memperdebatkan Utang Luar Negeri. Seperti diketahui, utang pemerintah Indonesia hingga akhir Februari 2018 mencapai Rp 4.035 triliun. Posisi ini naik 13,46 persen dibanding periode yang sama tahun lalu Rp 3.556 triliun atau 29,24 persen dari produk domestik bruto (PDB).
"Kita baru pintar di level mengkritik saja. Belum bisa di level solusi," ujar Schneider dalam diskusi Iluni Universitas Indonesia di Kampus UI Salemba, Jakarta Pusat, Selasa, 3 April 2018.
Baca: Utang ke Cina Naik, Indef Ingatkan Pemerintah Soal Risiko Politik
Schneider menyampaikan, pertumbuhan perekonomian Indonesia merupakan cerminan dari masyarakatnya. Menurut dia, aset utama pembangunan ekonomi ada di kualitas SDM.
Ihwal kualitas SDM, hingga saat ini 60 persen sektor jasa disumbangkan terhadap PDB Indonesia. Kontribusi sektor jasa terhadap PDB tampak dominan. Sektor jasa tak mungkin berkembang bila kualitas SDM buruk. "Bagaimana kita transformasikan ekonomi kalau SDM tidak mampu," kata Schneider.
Menurut dia, kualitas masyarakat Indonesia kini membaik. Sebab, masyarakat dapat beradaptasi dengan perkembangan teknologi, seperti mengakses internet dan menggunakan ponsel pintar. Berbeda dengan masyarakat tempo dulu yang banyak tidak bisa membaca. "Sekarang menjadi driver Go-Jek saya sudah baik," ujarnya.
Baca berita lainnya tentang Utang Luar Negeri di Tempo.co.