TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi menilai pelaku perbankan menjalankan fungsi intermediasinya terlalu aman. Hal tersebut di antaranya terlihat dari rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) pada 2017 yang terlalu besar, yaitu mencapai 23,36 persen.
Selain itu, excess reserve perbankan mencapai Rp 256 triliun. "Berarti perbankan kita sangat likuid," kata Jokowi dalam pertemuan dengan pimpinan bank umum Indonesia di Istana Negara, Jakarta, Kamis, 15 Maret 2018.
Baca: Resmikan Bank Wakaf, Jokowi Harap Para Ibu Tak Terjerat Rentenir
Karena itu, Jokowi menyebut kalangan perbankan bersikap terlalu aman dalam berbisnis. "Tapi mohon maaf. Saya pengen tahu, apakah perbankan kita jangan-jangan terlalu aman dengan angka sebesar itu? Apakah perbankan kita justru terlalu aman atau mungkin Bapak Ibu sekalian terlalu main aman? Pakai aman semua ini," ujarnya.
CAR perbankan Indonesia yang mencapai 23,36 persen, menurut Jokowi, cukup tinggi. Terlebih bila dibandingkan dengan rasio serupa di negara maju, hanya di tingkat 12-15 persen.
Menurut Jokowi, pelaku sektor keuangan sebaiknya perlu lebih agresif dan keluar dari zona nyaman. Sebab, dia menuturkan, hal itu akan berdampak pada pertumbuhan kredit Indonesia, yang ditargetkan sebesar 12 persen tahun ini. "Angka 12 persen tahun ini tidak mungkin tercapai kalau kita terjebak di zona nyaman."
Meski begitu, Jokowi menekankan, perbankan juga tetap harus menjalankan tugasnya secara prudent. "Apakah perbankan kita, pelaku jasa keuangan kita, juga terlalu main aman dan terjebak pada rutinitas? Karena saya juga mengikuti dan enggak apa-apa semua perbankan ingin keuntungan besar, ya, wajar saja," ucapnya.
Dalam laporannya kepada Presiden, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso menyampaikan bahwa kondisi perbankan pada 2017 stabil di tengah-tengah perekonomian yang membaik. Perbankan Indonesia, kata dia, tidak mengalami hal yang sangat mengkhawatirkan.
Wimboh menjelaskan, rasio kecukupan modal perbankan cukup besar, 23,3 persen secara agregat, sedangkan mininum perbankan 12 persen. "Jadi masih ada ruangan cukup besar untuk memberikan pinjaman atau mendukung pertumbuhan kredit," katanya.
Jika dilihat CAR berdasarkan jenis perbankan, Wimboh menyebutkan, angka terbesar ada di bank pembangunan daerah sebesar 21,96 persen. Setelah itu, rasio kecukupan modal terbesar kedua ada di bank swasta nasional 21,82 persen dan bank BUMN sebesar 21,14 persen.
Adapun dari aspek likuiditas, menurut Wimboh, terjadi over excessive lantaran ada dana ekses sekitar Rp 626 triliun. "Ini cukup mendukung kalau perlu pertumbuhan kredit," ujarnya menanggapi pernyataan Presiden Jokowi sebelumnya.